I. DHAMMA SANGANI
Kitab tentang perincian paramatha dhamma yang terbagi dalam empat bab
sebagai berikut;
1.
Cittupada kanda,
berisikan tentag kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya (cetasika)
2.
Rupa kanda, menguraikan
tentang jasmani (materi/rupa)
3.
Nikkhepa kanda, berisi
ringkasan
4.
Atthuddhara karida,
menguraikan tentang penjelasan pandangan singkat mengenai bab-bab terdahulu.
Buku ini menjelaskan pula tentang 22 tikamatika (kelompok
3) dan 100 duka matika (kelompok 2) yang berisikan tentang intisari dari abhidhamma.
Sebagian besar menguraikan tentang tiga yang pertama dari kelompok tiga yaitu tentang
kusala dhamma, akusala dhamma, dan abhyakatha dhamma. Kitab ini tercakup didalamnya
13 bhanavana (1 bhanavara = 250 syair, 1 syair = 4 baris, 1 baris = 8 huruf
dewanagari, maka 1 bhanavara terdiri dari 8000 huruf dewanagari). Oleh sebab
itu buku ini terdiri kurang lebih 104.000 huruf dewanagari.
Untuk mengetahui secara garis besar bila kita tinjau dari
bab per bab adalah sebagai berikut:
1.
Cittii padakanda
(kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya)
Bab ini menguraikan beberapa hal sebagai berikut:
a.
Kesadaran yang menyenangkan/menyehatkan
b.
Kesadaran yang
tidak menyenangkan/tidak menyehatkan
c.
Keadaan-keadaan karmis
netral
2.
Rupa kanda(kejasmanian)
Bab ini merupakan satu tambahan dari bagian tiga yang berurusan
dengan keadaan-keadaan yang netral. Seperti contoh ; berkenaan dengan semua
keadaan yang netral, dan tidak hanya mengenai kejasmanian sebagai berikut: ”fenomena
manakah karmis yang netral ? akibat-akibat karma yang tergolong pada lingkungan
materi halus dan pada lingkungan tanpa materi atau pada lokuttara yang terdiri
dari perasaan, pencerapan indra, dll, lebih jauh fungsi-fungsi kirya yang karmis
netral...... lebih jauh. Semua rupa maupun unsur yang tak tercipta (nibbana) semua
barang-barang ini adalah karmis netral. Semua rupa adalah empar unsur primer
yang fisikal dan fenomena fisikal sekunder yang diturunkan daripada
primer".
Hal yang berkenaan dengan semua rupa dan uraian terpisah kejasmanian.
Uraian masalah kejasmanian ini diuraikan dalam judul tunggal sampai sebelas judul.
3.
Nikkhepakanda
(ringkasan)
Bab ini berisikan suatu penjelasan lengkap dari
istilah-istilah dalam abhidhamma dan sutta dan disusun dengan rencana-rencana
itu dimulai dengan penjelasan abhidhamma sebagai berikut:
Fenomena manakah adalah karmis yang menyehatkan (kusala)
?
Tiga akar dari karma yang menyehatkan (kusala hetu) adalah
: tanpa keserakahan, tanpa kebencian, dan tanpa kekhayalan dan bentuk-bentuk
batin yang mengikuti, lebih jauh semua karma badaniah, ucapan dan batin yang berakar
dari ketiga hal tersebut.
Tiga akar dari karma yang tidak menyehatkan meliputi
.........
Fenomena yang netral meliputi......
Disusul dengan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena
yang disertai perasaan gembira dll.
4.
Atthuddhara kanda
(pandangan singkat)
Bab ini juga sering dikenal dengan bab penjelasan
singkat, dalam bab ini hanya berkaitan dengan penjelasan abhidhamma tetapi
lebih ringkas. Contoh; fenomena manakah adalah karma menyehatkan ?. Semua yang
menyehatkan dalam empat tingkat kesadaran. Fenomena manakah yang karma tidak menyehatkan
dua belas kesadaran yang tidak menyehatkan.
II VIBHANGA
Buku kedua dari abhidhamma pitaka yakni vibhanga, terdiri
dari satu seri dari 18 risalat, atau vibhanga semuanya lengkap dalam diri
mereka sendiri dan tidak tergantung pada yang lainnya. Tiap risalat biasanya
terdiri dari 3 bagian: penjelasan secara sutta, penjelasan secara abhidhamma,
dan satu bagian Tanya jawab.
Oleh karenanya 3 risalat pertamanya vibhanga dalam satu ukuran
tertentu adalah merupakan satu tambahan pada dhammasangani, sekalian merupakan
satu fondasi untuk dhatu katha. Tiga risalat itu sementara tertuju pada satu
penyelidikan dari tiga golongan yang terpenting untuk mendapatkan pengertian
sejati dari pada falsafah Buddhis, yaitu :
5 kelompok daripada kehidupan (khanda)
12 landasan (ayatana)
18 unsur psyco fisikal (dhatu), sehubungan dengan tiga
aspek mana di dalam dhatu katha semua fenomena dari kehidupan dan dihubungkan. Disamping itu tiga golongan
tersebut membentuk pokok-pokok dari 3 bab pertama dari yamaka, sedangkan di
dalam puggala pannati 3 golongan itu mendahului daftar dari isinya (matika),
Banyak pasal-pasal di dalam vibhanga juga terdapat dalam patisambhidamagga dari
khuddaka nikaya, ia mempunyai rupa yang sama, baik dalam isinya maupun dalam
susunannya dan kedua buku itu sering ditunjukkan dan dikutip di dalam visudhi magga.
Lima Kelompok Daripada Kehidupan
Lima kelompok itu yang dalam tiga aspek mereka sebagai
kesadaran, penyerta batin dan kejasmanian telah diuraikan di dalam dhammasangani
dari sudut apa yang disebut kehidupan perorangan atau dalam arti yang lebih
luas seluruh kehidupan sama sekali yaitu :
1.
Kejasmanian (rupa)
2.
Perasaan (vedana)
3.
Cerapan indera (sanna)
4.
Formasi-formasi
batin (sankhara)
5.
Kesadaran (vinnana)
Penjelasan Secara Sutta
Lima kelompok-kelompok itu diuraikan sebagai yang lampau,
mendatang, atau sekarang sebagai kepunyaan seseorang atau yang diluar, sebagai yang
kasar atau halus, rendah atau luhur, dekat atau jauh. Kemudian menyusul penjelasan
tentang tiap istilah itu dengan jalan Tanya jawab untuk masing-masing kelompok
secara terpisah. Demikianlah misalnya kejasmanian kasar disebut sebagai yang
terdiri daripada 5 indera fisikal dan objek-objek indera yang sehubungan dengan
itu; kejasmanian halus yang terdiri dari kewanitaan, kekuatan, pengenalan
secara badaniah dan lisan, dll. Untuk kelompok dari perasaan (vedana-khanda)
penjelasan diberikan seperti berikut:
"Perasaan yang karmis tidak menyehatkan adalah kasar,
vang menyehatkan dan yang netral adalah halus; perasaan yang menyehatkan dan yang
tidak menyehatkan adalah kasar, yang menyenangkan dan yang tidak acuh adalah halus,
perasaan yang menyenangkan dan menyakiti adalah kasar, perasaan tidak acuh
adalah halus, perasaan-perasaan yang bertunduk pada kecondongan-kecondongan
adalah halus. Yaitu untuk mengatakan bahwa perasaan ini dan itu adalah kasar
atau halus berada di dalam perbandingan satu dengan yang lain.
Penjelasan Secara Abhidhamma
Penjelasan tentang kejasmanian terdiri daripada
pengulangan harafiah dari cetakan untuk kejasmanian. Pernyataan-pernyataan
mengenai masing-masing dari empat khanda batin itu dikelompokkan dalam empat
bagian. Tiga bagian pertama terdiri daripada sejumlah susunan penggolongan dari
khanda masing-masing yang dua-kali-ganda, tunggal, tiga-kali-ganda sehingga
sepuluh-kali-ganda. Bagian keempat berisikan berbagai susunan dari yang
7-kali-ganda. 24 kali-ganda, 30-kali-ganda, dan berlipat-ganda.
III. DHATU KATHA
Dhatu katha terdiri dari 14 bab yang beratus-ratus
pertanyaan dan jawaban. Judul yang lengkap seharusnya adalah khanda-ayatana-dhatu-katha”.
yaitu perbincangan berkenaan dengan penunjukkan pada kelompok-kelompok, landasan-landasan,
dan unsur-unsur. Dhatu katha dibagi dalam 14 bab, yaitu:
1.
Termasuk-an dan ketidak-termasuk-an
2.
Termasuk dan
tidak-termasuk
3.
Tidak-termasuk dan
termasuk
4.
Termasuk dan
termasuk
5.
Tidak-termasuk dan
tidak-termasuk
6.
Kumpulan dan
lepas-dari-kumpulan
7.
Berkumpul dan tidak
berkumpul
8.
Tidak-berkumpul dan
berkumpul
9.
Berkumpul dan berkumpul
10.
Tidak-berkumpul dan
tidak-berkumpul
11.
Berkumpul-dengan
dan lepas-dari-berkumpul, yang-termasuk
12.
Termasuk dan tidak-termasuk
di dalam yang-berkumpul
13.
Berkumpul-dengan,
lepas-berkumpul-dari, yang-tidak-termasuk
14.
Termasuk dan
tidak-termasuk di dalam yang-lepas-dari-berkumpul
Di sini harus dicatat bahwa dalam abhidhamma istilah
"berkumpul” (sampayutta) adalah khusus disediakau untuk fenomena batin
saja, yaitu untuk mereka yang bercampur dalam satu saat kesadaran tunggal.
Istilah itu tidak bisa digunakan untuk susunan dari fenomena materi ataupun
untuk hubungan-hubungan mereka pada proses-proses atau faktor-faktor batin.
Empat belas judul-judul yang telah disebut terdahulu itu
membentuk bagian pertama daripada cetakan atau rencana dengan mana dhatu katha
dimulai. Dalam bagian kedua daripadanya, ditunjukkan fenomena, fenomena mana
adalah pokok dari pertanyaan mengenai ke-ikut-sertaan mereka, dll, di dalam
unsur-unsur dll. Mereka itu pertama-tama terdiri dari 125 fenomena, yaitu :
5 kelompok-kelompok dari kehidupan (khanda)
12 landasan-landasan (ayatana)
8 unsur-unsur (dhatu)
4 kebenaran-kebenaran (sacca)
22 kemampuan (indriya)
12 (rangkaian dari) asal mula yang bergantung (paticcasamuppada)
4 fondasi dari kewaspadaan
4 usaha benar (sammapadana)
4 jalan pada kekuatan (iddhipada)
4 pencerapan
4 keadaan yang tidak terbatas
5 kemampuan batin (indriya)
5 kekuatan-kekuatan (bala)
7 faktor-faktor dari penerangan batin (bojjhanga)
8 (faktor-faktor dari) jalan
Kesan indera (phassa)
Perasaan (vedana) Kesadaran
(citta)
Pencerapan-indera (sanna) Tekad
(adhimokkha)
Kemauan-pikiran (cetana) Keperhatian
Disertakainya sebagai tambahan kepertigaan dan keperduaan
diantara pokok-pokok dari pemeriksaan ditunjukkan dalam cetakan itu oleh satu
kalimat tunggal : "juga, seluruh dhammasangani itu (tergolong pada cetakan
dari dhatu-katha". Seperti dapat dilihat dari kutipan berikut ini, pertanyaan-pertanyaan
dijawab masing-masing dalam tekad hanya dengan mengatakan berapa banyak kelompok-kelompok,
dll, didapati di dalam hal masing-masing dimana nampak perlu, identifikasi
daripada kelompok-kelompok itu, dll, dengan nama, telah ditambahkan dalam kurungan
oleh pengarang. Dalam beberapa hal tidaklah mudah untuk mendapatkan suatu
jawaban yang konkrit pada pertanyaan-pertanyaan yang rumit itu. Dalam
kenyataannya, dhatu katha. yamaka dan bagian tanya jawab dari vibhanga, adalah
suatu ujian yang sangat keras untuk pemikiran logika dan analistis dan untuk
keahlian dalam mempergunakan istilah-istilah doktrinal yang fondamentil yang
menjadi pokok bahan daripada risalat-risalat itu.
IV PUGGALA – PANNATTI
Buku ini, terkecil daripada buku-buku abhidhamma. nampak
agak tidak pada tempatnya di dalam abhidhamma pitaka, seperti diperlihatkan
oleh bahkan judulnya "uraian daripada perorangan". Karena adalah ciri
utama daripada abhidhamma bahwa ia tidak memakai konsepsi-konsepsi biasa
seperti "perorangan", dll, tapi berurusan hanya dengan yang terakhir
atau kebenaran-kebenaran dalam "arti tertinggi" (paramatha dhamma),
yaitu fenomena batiniah dan materi dan penggolongan-penggolongan mereka ke
dalam kelompok-kelompok (khanda), landasan-landasan, unsur-unsur dll. Namun
risalat ini sesuai dengan mata pokoknya di tulis dalam bahasa biasa seperti
dipergunakan didalam sutta-pitaka. Pada kenyataannya sebagian besar daripada
isinya mempunyai kesejajaran bahasa di dalam anguttara nikaya dan sangiti sutta
dari digha nikaya.
Risalat itu dihantarkan dengan satu cetakan dan pasalnya
yang pertama menunjukkan satu alasan biasa untuk diikut sertakan buku ini di dalam
abhidhamma pitaka. Cetakan itu mulai dengan menomori enam macam ”uraian” (pannati);
uraian dari kelompok-kelompok (khandha-pannatti), dari landasan-landasan,
unsur-unsur dari kebenaran-kebenaran, dari kemampuan-kemampuan, dan akhimya
dari perorangan-perorangan (puggala pannatti). Lima yang pertama itu tentunya
jatuh pada lapangan abhidhamma dan mungkin telah menyebabkan termasuknya
risalat itu ke dalam abhidhamma pitaka. Lima cara itu namun hanya muncul dalam
cetakan itu hal mana hanya menambahkan pembagian mereka masing-masing ke dalam
kelompok kejasmanian dll. Disitu tidak terdapat pengolahan dari mereka itu
dengan terperinci di dalam tubuh utama daripada buku itu. Sebagai alasan untuk
ketinggalan itu, komentar menyebutkan bahwa bahan pokok daripada. lima
uraian-uraian itu telah di olah dengan perincian lengkap di dalam bab
masing-masing dari vibhanga.
Cetakan itu kini berjalan untuk memberikan
penjudulan-penjudulan untuk ”uraian daripada perorangan-perorangan".
Uraian ini membagi kedalam 10 bab-bab, darimana yang pertama berurusan dengan
perorangan-perorangan tunggal, yang kedua dengan pasangan-pasangan, ketiga
dengan kelompok-kelompok dari tiga, dst sampai deagan penggolongan sepuluh kali
ganda. Sepuluh bab itu berisikan 142 pengelompokan dari perorangan-perorangan dengan
386 peroranaan-perorangan tunggal nanum juga sebagian melompat. Pengungkapan
yang terperinci yang menyusul cetakan itu mempunyai bagian-bagian yang sama. la
beri tidak hanya definisi-definisi singkat daripada berbagai jenis manusia,
tapi juga beberapa keterangan-keterangan yang agak panjang dan sejumlah
perumpamaan yang luas dan indah. Terpisah dari penggolongan-penggolongan
perorangan-perorangan secara etik, sejumlah besar istilah-istilah spesifik
ajaran yang penting berkenaan dengan jenis-jenis manusia, juga diterangkan di
sini, dan juga diantara mereka itu termasuk yang relatif jarang terjadi.
Dari itu, buku yang kecil ini membentuk satu manual atau
pedoman yang akan terbukti sangat penting dalam mempelajari ajaran-ajaran
Buddha.
(1,9) "Orang manakah adalah satu ”makhluk dunia”(putthujjana)?
Seseorang yang belum meninggalkan 3 belenggu (dari kejahatan-
diri, ketidakpercayaan, keyakinan dalam aturan-aturan dan upacara-upacara), dan
juga belum berada di atas jalan meninggalkan akan barang-barang itu, orang sedemikian
itu disebut satu makliluk dunia.
(1.19) "Yang manakah orang yang "mencapai dua
ujungnya dengan berbareng"? - la adalah seseorang di dalam diri-siapa,
ujung daripada kecondongan-kecondongan (asava) dan ujung daripada kehidupan
terjadi pada saat yang sama".
(1.20) "Yang manakah adalah orang yang "bisa
menghentikan satu kehancuran dunia" (thitakappi)? - la adalah satu orang
yang berada di atas jalan merealisir pembuahan daripada pemasukan-aliran. Maka,
jika saat pembakaran dari dunia telah tiba, tata dunia itu tidak akan dimakan
api sebelumnya orang itu telah merealisir pembuahan daripada pemasukan-aliran.
Juga semua orang-orang yang telah mencapai pada (satu dari tingkat-tingkat
lainnya) jalan-jalan adalah sedemikian yang bisa menghentikan atau menahan satu
kehancuran dunia.
V. KATHA VATTHU
Buku ini dipertalikan pada tetua Moggali-putta-tissa yang
menurut tradisi yang telah menyusun buku ini sebagai risalat polemik terhadap kelompok-kelompok
viharawan, atau aliran-aliran yang terdapat pada abad ketiga sebelum kristus
dan melafalnya dengan dewan ketiga di Pataliputta yang sekarang dikenal sebagai
Patna, dewan mana telah dipanggil berkumpul oleh Raja Asoka pada tahun
kira-kira 246 sebelum kristus.
Singkatnya ini adalah apa yang komentar atas karya ini
memberikan tahu pada kita akan sejarah dari sekte-sekte itu yang agak
membingungkan dan yang masih belum terpecahkan : seratus tahun setelah
meninggalnya Sang Buddha apa yang di sebut para Bhikkhu dari Vajji-puttaka
menyarankan perlunakan dari peraturan-peraturan sangha dan mereka mendirikan
sekte maha sanghika, darimana timbul 5 sekte lain dari pada abad kedua setelah
meniggalnya sang Buddha, dengan mana menjadikan 6 sekte semuanya. Sekte asli
dari Buddhisme, sebab itu diulangi oleh 500 Thera, atau tetua-tetua seketika
setelah kematian Sang Buddha, yang disebut Theravada, sebelas sekte menarik
diri terpenting diantara mereka itu adalah Sarvastivada. Dengan demikian
menjadikan dua belas sekte semuanya. Abad ke dua setelah Sang Buddha yaitu abad
ketiga sebelum kristus, kita dapati sama sekalinya 18 sekte yang berbeda-beda.,
17 darimana dianggap sebagai perpecahan oleh para theravadin dan hanya Theravada
itu sendiri yang berpendirian menurut adat (orthodok).
Menurut abad kuno dari Srilanka, kitab-kitab mahavamsa,
dan dipavamsa, semua para Vajji putaka itu bukanlah pendiri daripada sekte mahasanghika,
akan tetapi adalah bhikkhu-bhikkhu yang telah dikeluarkan dari masyarakat bhikkhu-bhikkhu
dan mahasanghika atau pengikut-pengikut dari dewan agung telah muncul (sesuai
dengan tradisi utara dari Vasumitra dan Bhvya) tanpa bergantung pada para Vajji puttaka yang lagi
berfigur sebagai tunas daripada Theravada Menurut tradisi selatan. para mahasanghika.
merubah dan memalsukan sutta dari vinaya, dan membuat-membuat sejumlah
sutta-sutta yang mereka sebarkan sebagai kata dari Sang Buddha.
Raja Asoka memperlihatkan penghargaan besar pada
Buddhisme dan bhikkhu-bhikkhu Buddhis, maka banyak guru-guru dan pengikut-pengikut
dari kepercayaan lain mencari-cari
memasuki sangha, ataupun diam-diam menggunakan jubah kuning, pada mereka
itu pada masih meneruskan pandangan-pandangan upacara-upacara keagamaan mereka,
seperti pemujaan api dan matahari, dsb. Berkali-kali percobaan dan usaha-usaha
untuk memecahkan keadaan-keadaan yang kacau daripada ke-bhikkhuan buddhis,
akhirnya Raja Asoka memanggil dan melangsungkan dewan agung di Pattali Putta,
dimana seluruh kanon diulangi dari Moggalitissa ini di masukkan ke dalam
abhidhammapitaka.
Kathavatthu berisikan 219 pertentangan-pertentangan yang
dibagi kedalam 23 bab. Di situ tidak terdapat perencanaan yang jelas dalam hal pengelompokkan-pengelompokkan
pertentangan-pertentangan itu, ataupun berkenaan dengan mata pokok mereka, mengenai
sekte-sekte yang berkaitan itu. Keseluruhan itu nampak agaknya telah bertumbuh
berangsur-angsur, sehingga berdasarkan sebab ini seseorang akan ragu-ragu untuk
mempertalikan seluruh karyanya itu pada satu pengarang tunggal. Tetapi
kenyataan bahwa sebagian dari, pendapat-pendapat para pemecah-pemecah itu
dipertalikan pada sekte-sekte yang timbul berapa abad kemudian, maka saja
menganggap sebagian bukti positip bahwa Moggaliputtatisa tidak mungkin adalah
satu-satunya daripada pengarang buku itu.
Sejumlah besar dari spekulasi itu menuturkan sesungguhnya
pada hal-hal yang sangat kecil dan sering adalah hanya satu pihak, ataupun
menyesatkan, dan semuanya itu hampir dapat diusut kembali pada pengertian yang
salah atau tidak tepat, pada pemakaian yang serampangan daripada istilah-istilah
teknis, daripada ucapan-ucapan yang terlogis dari sekte-sekte perpecahan yang
dipertalikan pada pendapat-pendapat yang diolah dalam karya ini. Sekte-sekte
itu sebenanya ada pada jaman Asoka, dan dari mereka itu, lagi hanya tiga yang
disebut sekali saja dan satu disebut dua kali.
VI YAMAKA
Rhys Davids dalam mukadimah dari buku edisinya teks pali;
dengan agak kurang tepat, memunakan buku ini serta sepuluh babnya sehagai ”sepuluh
lembah dari tulang-tulang kering” dan menyatakan bahwa satu-safunya kesempatan
yang mungkin daripada buku ini adalah untuk keperluan:
1.
Tempat penunjukkan
2.
Sebagai satu
perbendaharaan daripada istilah-istilah, darimana seorang guru dapat
memilih-milih, akan tetapi tidaklah buku ini dapat dianggap sebagai satu karya
yang sesuai untuk bacaan ataupun untuk lafalan.
Padaku nampaknya seakan-akan buku ini telah digubah untuk
keperluan ujian ataupun untuk kemahiran dalam menjawab akan pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat-buat atau pertanyaan-pertanyaan yang berarti dobel, ataupun
pertanyaan-pertanyaan mengkritik atau semua ejaan-ejaan yang berlipat ganda,
dan latihan-latihan teknis dari falsafah Buddhis. Soal-soal dari identitas,
sub-ordinat dan koordinat dari konsepsi-konsepsi memegang peranan utama dalam
pekerjaan kita dalam usaha memberi satu penjelasan yang logis serta pembatasan
dari semua konsepsi-konsepsi ajaran berkenaan dengan jarak dan isi mereka. Buku
ini adalah suatu karya dari logika yang terterapkan, seperti juga adanya katha
vathu, dsb. Kebanyakan dari buku ini bermain-main atas kata-kata, walaupun
diucapkan dalam nada keagungan dari logika namun terkadang tampak agak aneh.
Bahwa buku ini disebut ”pasansan-pasangan (yamaka), sangatlah
mungkin dikarenakan pengelompokan yang dobel atas mutu pertanyaan dan perumusan
pembicaraannya yang dipasang sejajar tetap dari permulaan sampai ke ujung. Seluruh
buku ini dalam edisi bahasa muangthai meliputi dua jilid besar yang terdiri
dari 1394 lembar, yang dibagi ke dalam 10 bab dari pasangan-pasangan
pertanyaan-pertanyaan, dan tiap bab membentuk satu pemeriksaan ke dalam fenomena-fenomena.
dengan menunjukkan mereka itu pada satu golongan khusus.
I.
Mula yamaka
menunjukkan segala sesuatu pada/menjahatkan ”akar-akar”, tidak menyehatkan dan
netral.
II.
Khanda yamaka, pada
lima kelompok dari kehidupan / pengadaan
III.
Ayatana yamaka,
pada 21 landasan-landasan
IV.
Dhatu yamaka, pada
18 unsur dari kehidupan psiko fisikal
V.
Sacca yamaka, pada
4 kebenaran mulia
VI.
Sankhara yamaka,
pada formasi-formasi badaniah, lisan dan batin
VII.
Anusaya yamaka, 7
kecondongan-kecondongan yang jahat
VIII.
Citta yamaka, pada kesadaran
IX.
Dhamma yamaka, yang
pada istilah dhamma ”fenomena”
X.
Indriya yamaka,
pada 22 kemampuan- kemampuan jasmaniah dan batiniah.
Cara yang digunakan dalam sebagian besar dari 10 bab –
bab itu adalah dimana-mana, kurang lebih sama sejauh golongan yang bersangkutan
itu mengijinkan.
A.
Penetapan Batas
Dari Istilah- istilah
1.
Penomeran dari pada
pertanyaan
Dalam bentuk posotif
Dalam bentuk negatif
Istilah- istilah umum dan khusus dalam bentuk positif
Istilah- istilah umum dan khusus dalam bentuk negatif
dsb.
2.
Penjelasan- Penjelasan
(nidassa-vara)
Dengan pembagian sama dengan (I)
B.
Proses
(Pavatti-vara)
1.
Asal Mula
(Upadda-vara)
Sekarang : berkenaan dengan orang
Sekarang : berkenaan dengan tempat – dalam bentuk positif
Sekarang : berkenaan dengan orang dan tempat
Sama dengan diatas dalam bentuk negatif
Lampau : pengolahan sama seperti untuk sekarang
2.
Penghentian
(nirodha-vara)
Bersamaan pengolahan seperti (I)
3.
Asal-mula dan
penghentian
Bersamaan pengolahan seperti (I)
C.
Penembusan
(Parinna-vara)
Berkenaan dengan pengolahan seperti B (I), tapi hanya
berkenaan dengan orang (tidak dengan tempat, dlsbg).
VII PATHANA
Buku raksasa dan
yang terpenting dari Abhidhamma-pitaka ini berurusan dengan penentuan dan sifat
tergantung daripada fenomena kehidupan jasmaniah dan batiniah yang berlipat ganda
itu, yang dalam kombinasi- kombinasi mereka itu dikenal dengan nama-nama biasa
seperti ’aku, ’orang’, ’dunia’, dsb. Tetapi dalam arti terakhir, mereka itu
adalah hanya fenomena yang berlalu itu, lain tidak. Maka, buku ini menyajikan
satu penjelasan yang terlengkap dan terperinci dari pada patticca samupada atau
asal yang tergantung walaupun disini fenomena itu tidak disusun menurut 12
rangkaian dari pada patticca samupada, tetapi berkenaan dengan 24 paccaya,
yakni, keadaan- keadaan atau cara-cara dari penentuan, seperti akan dapat
dilihat kelak.
Tekat terhadap dari pada buku ini di dalam edisi bahasa
muangthai meliputi 6 jilid yang terdiri dari 3.120 pagina, sedangkan
ringkasannya itu di dalam bahasa pali Text Society berisi hanya 549 pagina.
Buku ini mulai dengna satu pengantar yang berisikan
penomeran dan penjelasan dari 24 cara-cara dari penentuan (paccaya) yang
memerintah akan semua fenomena dari kehidupan yang berlipat-lipat ganda itu.
Tubuh utama dari buku ini mempunyai 4 pembagian-pembagian besar, yaitu :
A.
Anuloma-patthana,
asal mula menurut metode positif
B.
Paccaniya-patthana,
asal mula menurut metode negatif
C.
Anuloma-paccaniya-patthana,
asal mula menurut metode positif-negatif
D.
Paccaniya-anuloma-patthana,
asal mula menurut metode negatif-positif
Dalam setiap pembagian dari 4 pembagian utama itu, 24 cara
dari penentuan dipergunakan dalam urutan pada semua fenomena dari kehidupan,
dihaturkan pula dengan kepertigaan dan keperduaan dari pada rencana abhidhmma.
Masing-masing dari 4 bagian utama itu dipergunakan cara khusus (yakni, positif)
dalam cara yang enam kali ganda:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar