Sejarah Korea
Sejarah Korea bermula dari
zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang . Kebudayaan
tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan
zamanneolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar
tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun 2333
SM [2]. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak
wilayah kerajaan.
Pada tahun
satu Masehi, Tiga Kerajaan
Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai
mendominasi Semenanjung Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini
saling bersaing secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje
adalah dua kerajaan yang terkuat, terutama Goguryeo, yang selalu dapat
menangkis serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Kerajaan Silla
perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo. Untuk
pertama kalinyaSemenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada
tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang
selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea,
yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh
di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan
yang baru, Dinasti Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung
Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan
bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya,Dae Gwang
hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Selama masa pemerintahan Goryeo, hukum yang
baru dibuat, pelayanan masyarakat dibentuk, serta penyebaran agama
Buddha berkembang pesat. Tahun 993 sampai 1019 suku
Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tapi berhasil dipukul
mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu
pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua
pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari
Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan
Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan abjadHangeul.
Antara 1592-1598, dalam Perang
Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat
dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada
tahun 1620-an sampai 1630-anDinasti Joseon kembali menderita
serangan dari (Dinasti Qing).
1) GOGURYEO
GoguryeoGoguryeo dibangun oleh
Jumong pada tahun 37 SM. Kelak namanya menjadi Deomyeonseong of Goguryeo.
kerajaan ini berdiri dengan bersatunya 5 suku Jeolbon. Jumong menikahi
anak pemimpin Jeolbon, So Suh No. Ye soya (istri pertama Jumong) bersama yuri
anak jumong kembali ke Goguryeo dari Buyeo. So Suh No yang mengkhawatirkan
kesempatan anaknya untuk menjadi raja akhirnya mengalah dan pergi ke wilayah Korea
Selatan dan mendirikan kerajaan Baekje. Tahun 19 SM Jumong meninggal di
usia 40 tahun.Goguryeo mengalami banyak perang dan akhirnya menang melawan
dinasti Tang. Namun perlahan-lahan kerajaan ini meredup dan tunduk di bawah
Dinasti Shilla yang mendapat bantuan Dinasti Tang China pada tahun 668 M.
(Serial Saeguk: JUMONG)
2) BAEKJE
Baekjedidirikan oleh Raja Onjo (anak
So Suh No) anak ketiga dari Jumong dan So suh no pada tahun 18 SM. Baekje
bersama Goguryeo dan Shilla menjadi tiga kerjaan yang terkuat di daratan Korea.
Sayangnya tahun 660 SM, Baekje pun takluk di bawah Shilla. (next drama on
production: Onju and Biryu, MBC 2011)
3) SHILLA
Silla/ShillaKerajaan Silla berdiri
karena bergabungnya beberapa suku yang tergabung dalam Jinhan Confederacy tahun
57 SM. Di Shilla pengaruh China tidaklah sebesar Goguryeo dan Baekje. Tahun
ke-2 M, perkembangan Shilla semakin kuat setelah berhasil menaklukkan Kerajaan
kecil Gaya. tahun 660 M, bersama panglima terkenal Kim Yu Shin, Shilla berhasil
menaklukkan dua kerajaan besar saingannya.( Serial saeguk: The Great Queen seon
Deok).
Kerajaan Shilla bersatu
di bekas wilayah kerajaan Goguryeo,
dinasti Tang China mendirikan sebuah komunitas, begitu pula di Baekje. Akhirnya
Shilla melumpuhkan Dinasti Tang dan mengusir mereka. Shilla diserang kembali
oleh Dinasti Tang tapi Shilla berhasil mengalahkan prajurit dinasti Tang dan
meresmikan berdirinya dinasti Shilla bersatu. Kejayaan Shilla pelan-pelan
runtuh tahun 780. Dua ratus enam puluh tujuh tahun kemudian kerajaan Shilla bersatu
pun benar-benar runtuh. (film the Restless mengambil setting menjelang
keruntuhan dinasti Shilla bersatu.
4) BALHAE
Balhae didirikan 30 tahun setelah
Goguryeo runtuh dan didirikan oleh mantan jenderal Goguryeo Dae Jo Yeong.
Kerajaan ini menempati wilayah Korea Utara. kerajaan ini akhirnya tunduk pada
dinasti China Khitan Liao pada tahun 926 M.
5) GORYEO
adalah kerajaan yang menggantikan
kekuasaan Shilla di bumi Korea tahun 936 M. Goryeo sendiri berasal dari
kependekan dari nama goguryeo dan nama inggris dari Korea. Dinasti Goryeo ini
berhasil mengkodifikasi hukum dan layanan masyarakat. Kerajaan ini berhasil
bertahan hingga tahun 1392 setelah dikudeta oleh Taejo Joseon yang mendirikan
Dinasti Joseon.
6) DINASTI JOSEON
Adalah dinasti terlama dan terakhir
dari Korea. Tahun 1392 setelah Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai
didirikan oleh Jenderal Yi Seong-gye, yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan
kerajaan ini sebagai Joseon untuk memberikan penghormatan terhadapGojoseon, yang
merupakan kerajaan pertama bangsa Korea. Yi seong gye memindahkan ibukota ke
Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta mengesahkan Konfusianisme sebagai
agama negara, yang akhirnya membuat para pendeta Buddha kehilangan kekayaan dan
kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati perkembangan yang sangat pesat dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul
tahun 1443 oleh Raja Sejong. Dinasti Joseon adalah dinasti yang memiliki usia
pemerintahan terpanjang di Asia Timur dalam milenium terakhir.
Dalam abad ke 19, Korea mencoba
mengontrol pengaruh asing dengan menutup semua perbatasannya untuk semua negara
kecuali dengan Cina. Tahun 1853 sebuah kapal perang Amerika Serikat, USS South
America, berlabuh di Busan selama 10 hari dan mengadakan kontak dengan
pejabat-pejabat Korea. Beberapa orang Amerika pernah terdampar di Korea karena
kapal mereka tenggelam pada tahun 1855 dan 1865, namun mendapat perlakuan yang
baik dari orang Korea dan mereka dipulangkan ke negara asal lewat Cina. Walau
demikian Choson tetap waspada terhadap pihak-pihak asing dan juga tetangga
mereka, Dinasti Qing.
Invasi Perancis ini terjadi karena
pihak Kerajaan yang melakukan pembantaian terhadap misionaris Katolik dari
Perancis serta warga Korea yang masuk Kristen. Kejadian ini membuat pasukan
Perancis melancarkan serangan pada musim gugur tahun 1866. Peperangan terjadi
di Pulau Ganghwa di lepas pantai Incheon dan tentara Korea berhasil dikalahkan
oleh pasukan Perancis yang memakai persenjataan modern.
*Pada tahun 1866, Jenderal Sherman
(Amerika Serikat) melakukan penculikan, pembunuhan dan perampokan terhadap
warga pesisir pantai Korea.
*Pada tahun 1871, militer Amerika
Serikat kembali melancarkan serangan terhadap Korea dan menewaskan 350 orang.
Peristiwa ini disebut Sinmiyangyo
Tahun 1894-1895 Jepang memenangkan
perang dengan Dinasti Qing pada Perang Sino Jepang yang membuat Jepang memaksa
Korea membuka pelabuhannya pada tahun 1876.
Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong
dibunuh oleh mata-mata Jepang.
Pada tahun 1897, Dinasti Joseon
beralih menjadi Kekaisaran Han Raya dengan Kaisar Gojong sebagai pemimpinnya.
Pada tanggal 25 Juli 1905 secara efektif Korea sudah berada dalam wilayah
prektorat Jepang dengan paksaan tanpa adanya perjanjian dan persetujuan dari
Raja Gojong.ada tahun 1910 Jepang secara efektif menduduki Korea dalam
Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea. Perjanjian ini dipakai oleh Jepang tanpa
menghiraukan kemarahan rakyat Korea yang tidak menyetujui perjanjian yang tidak
disahkan oleh Raja Gojong tersebut.
Korea diduduki Jepang dengan bentuk
kepemimpinan Gubernur Jenderal Korea sampai tahun 1945 ketika Jepang menyerah
kepada tentara sekutu.Jaringan transportasi dan komunikasi dibangun di seluruh
wilayah negeri oleh pemerintahan kolonial Jepang dan mengarah pada eksploitasi
rakyat Korea. Hanya sedikit manfaat yang didapat rakyat Korea dari modernisasi
ini, karena semua fasilitas hanya dibuat untuk melancarkan kepentingan dan
perdagangan Jepang. Beberapa kejahatan penjajahan Jepang atas Korea:
Meruntuhkan Gyeongbokgung
Mengenakan pajak tinggi terhadap
hasil pertanian serta mengekspornya ke Jepang yang menyebabkan bencana
kelaparan bagi rakyat Korea.
Menyiksa dan membunuh warga yang
menolak membayar pajakKerja paksa membangun jalan
dan pertambanganPerbudakan seks
terhadap wanita Korea.
Mengirimkan pekerja ke teritori
Jepang lain untuk kerja paksa
Spekulasi wafatnya Raja Gojong bulan
Januari 1919 karena diracuni oleh mata-mata Jepang membuat rakyat melakukan
aksi protes secara damai di seluruh negeri pada tanggal 1 Maret 1919, peristiwa
ini disebutPergerakan 1 Maret. Dalam peristiwa ini tentara dan polisi Jepang
membunuh hampir 7000 orang Korea.Setidaknya 2 juta orang ikut ambil bagian
dalam pergerakan ini (Jepang mengklaim kurang dari 500 ribu orang).
Banyak warga Kristen Korea juga
terbunuh oleh tentara Jepang, termasuk sebuah desa bernamaJeamri yang seluruh
penduduknya dibinasakan oleh Jepang karena mendukung perjuangan kemerdekaan.
Pergerakan 1 Maret ini telah menginspirasi pidato Presiden Amerika Serikat,
Woodrow Wilson yang mendeklarasikan kebebasan hak asasi manusia.Pemerintahan
Provisional Republik Korea diresmikan di Shanghai, Cina setelah terjadinya
Pergerakan 1 Maret untuk memperjuangkan kemerdekaan Korea.
Pemerintahan provisional dianggap
sebagai pemerintahan de jure dari rakyat Korea dari tahun 1919 sampai
1948.Sentimen anti Jepang di Korea terus mencuat, seperti pada peristiwa protes
mahasiswa di seluruh Korea pada bulan November 1929 yang membuat pengetatan
peraturan militer tahun 1931. Kurikulum sekolah dimodifikasi untuk
menghilangkan pengajaran dalam bahasa Korea. Sekolah juga dilarang untuk
mengajarkan murid-muridnya mengenai sejarah Korea. Orang Korea dipaksa untuk
mengadopsi nama orang Jepang.Dalam perang dunia ke II, banyak pula warga Korea
yang dipaksa untuk menyokong usaha perang tentara Jepang.
AGAMA BUDDHA DI KOREA
Sebelum kedatangan agama Buddha,
agama primitive di Korea menganggap langit sebagai tuhan yang paling agung,
yakni sesuatu yang melebihi segala hal.selain itu, Shamanisme juga
berakar mendalam bagi warga Korea sebagai kepercayaan rakyat. Dengan demikian,
warga Korea pada masa itu mendatangi peramal atau dukun untuk menghilangkan
nasib buruk dan ketika berhadapan pilihan saat menghadapi pilihan-pilihan
yang penting.
- Sejarah Dan Masa Perkembangan Buddha Di Korea
Agama Buddha diperkenalkan di Korea
pada Tahun 372 M pada periode pemerintahan kerajaan Geguryeo oleh seorang
biarawan bernama Sundo yang berasal dari dinasti Qian Qin di China. Pada tahun
384 biarawan malanda membawa agama Buddha ke Baekje dari Negara bagian timur
Jin di china. Pada Masa kerajaan sila agama Buddha disebarkan Oleh Bikhu
Ado dari Goguryeo pada Pertengahan abad ke 5
Karena sesuai sebagai alat spiritual
demi menciptakan struktur pemerintahan berdasarkan Buddha, agama Buddha
mendapat dukungan penuh dari penguasa tiga kerajaan seperti raja yang berfungsi
sebagai symbol kekuasaan yang diagungkan
Peranan Korea pada sejarah agama
Budda terletak pada kedudukannya sebagai jembatan penyebrangan agama Buddha
dari China ke Jepang. Meskipun agama Buddha diteriama oleh kerajaan- kerajaan
di berbagai tempat, namun sejarah tidak mencatat kemajuan yang di bawa dari
ajaran Buddha.
Sampai abad ke enam, para biarawan
dan pengrajin bermigrasi ke Jepang dengan membawa kitab-kitab suci dan artefak
untuk membentuk dasar bagi terciptanya kebudayaan Buddha di sana.
Masa keemasan agama Buddha di Korea
terjadi ketika Dinasti Wang , yakni pada abad ke 11. Di bawah perlindungan
kerajaan, banyak kuil dan biarav dibangun dan jumlah pemeluk agama Buddha
meningkat secara tetap.
AGAMA BUDDHA DI JEPANG
- Agama Jepang pra masuknya Agama Buddha
Sebenarnya, sebelum agama
konfusius dan Buddha memasuki Jepang, pada saat itu keadaan agama Jepang
masih berupa kumpulan-kumpulan kepercayaan tanpa nama dari berbagai pemujaan
alam, arwah nenek moyang, dan shamanisme. Dengan kata lain, kepercayaan
masyarakat Jepang pada masa itu belum terorganisir.
Gambaran kehidupan sosial masyarakat Jepang tercermin dari istilah matsurigoto,
yang berarti pemerintahan atau upacara keagamaan. Pada waktu itu sulit
untuk memisahkan antara gejala alam dan sistem kepercayaan. Karena, semua
gejala alam dianggap mempunyai sifat anaimis dan setiap benda dianggap
mempunyai roh (spirit). Tiap-tiap suku mempunyai dewa tersendiri yang
kadang-kadang dianggap sebagai nenek moyangnya. Kepala sukupun tidak saja
bertindak sebagai pimpinan politik tapi juga bertindak sebagai pendeta yang
tertinggi.
Sebelum agama Buddha Menyebar di
Jepang, terlebih dahulu seorang kaisar Jepang yang pertama dan sebagai kepala
suku yamato yang pertama yaitu Jimu Teno, sepakat untuk memeluk
agama Shinto, yang pada saat itu merupakan agama baru dimasa itu.simbol-simbol
tradisional kekuasaan suku Yamato terdiri dari tiga macam benda yaitu : cermin,
permata, dan pedang. Ketiga symbol tersebut menjadi symbol kekuasaan yang
diberikan oleh Amaterasu kepada cucunya, yaitu Ninigi No Mikoto. Benda-benda tersebut
melambangkan matahari, bulan, dan kilat.
Ketika Jepang yang pada saat
itu sudah membentuk menjadi Negara, bermaksud untuk membentuk sebuah
persekutuan dengan Korea.Antara abad ketiga dank enam, Jepang mulai
menerima berbagai pengaruh dari luar melalui hubungan dengan Korea. Sekitar
tahun 405 M, seorang sarjana Korea bernama Wani. Memperkenalkan ajaran dan
etika agama konfusius. Berbagai paham dualism tao juga dimasukan ke Jepang.
Tapi, semua unsur luar yang masuk tidak satupun yang mengatasnamakan agama.
- A. Awal masuknya Agama Buddha ke Jepang
Dalam buku M.Ihsan Tanggok di
jelaskan bahwa agama Buddha masuk ke Jepang pada tahun 853 M atau abad ke-4 M. tepatnya ketika kerajaan Korea mengirimkan delegasi kepada kaisar
Kimmeo Teno di Jepang. Disamping membawa hadiah, delegasi tersebut juga meminta
agar kaisar dan rakyatnya memeluk agama Buddha
Agama Buddha yang dalam bahasa
Jepangnya disebut Bukkyo (Butsu : Buddha, Kyo : ajaran) dipercaya mulai masuk
ke Jepang lewat kerajaan Baekje di Korea sekitar tahun 538. Beberapa tahun
kemudian berbagai buku dan literatur tentang Buddhism juga mulai masuk lewat
negara China pada masa dynasty Sui. 40 tahun kemudian Kaisar Jepang saat itu
yaitu Pangeran Shotoku (A.D. 574?621) meresmikan Buddha sebagai agama resmi
negara. Sebagai agama baru tentu saja tidak lepas dari penolakan dan juga
tekanan.
Pada masa pemerintahan militer Oda
Nobunaga (534 - 1582), agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat
itu bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa
itu muncul banyak pemberotakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan
didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei.
Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang terletak di atas
puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
Pada masa Periode Meiji (1868-1912)
pemerintah menetapkan Shito sebagai agama resmi negara sehingga secara tidak
langsung menempatkan agama Buddha dalam posisi yang berseberangan. Pada masa
itu banyak kuil Buddha yang ditutup dan pemerintah memaksa para rahib untuk
berkeluarga. Sejak itu sampai sekarang banyak kuil yang beralih status menjadi
Kuil Keluarga yaitu kuil yang pengelolaanya dilakukan secara perorangan dan
wariskan secara turun temurun dari bapak ke anaknya.
Dikalangan para pemimpin dan rakyat
Jepang, pro kontra terhadap masuknya agama Buddha ini muncul, mereka yang
kontra jika kaisar memeluk agama tersebut khawatir jika hal itu akan
menimbulkan kemurkaan dari para dewa. Sedangkan mereka yang setuju karena
mereka merasa tertarik dengan kelebihan agama baru dibandingkan dengan agama
bangsa sendiri. Perbedaan ini menimbulkan konflik yang berkepanjangan, yang
pada akhirnya dimenangkan oleh pihak libreral atau mereka yang setuju akan
adanya agama Buddha. Suku toga menerima agama ini, sedangkan suku suku-suku
lainnya menolak karena dianggap menghina kepercayaan terutama pada dewa mereka.
Tokoh utama dalam penyebaran agama
Buddha di Jepang adalah Pangeran ShotokuTaishi (547-621 M). yang selanjutnya
menetapkan Agama Buddha sebagai agama Negara, dan menerjemaahkan kitab suci
Sadharma pindaruka, Vimalakirti, dan srinalasutera yang
sangat berpengaruh dalam pembentukan filsafat Buddhis di Jepang.
Shotuku merupakan pribumi Jepang
yang pertama yang bersungguh-sungguh dalam memahami ajaran pemikiran agama
Buddha dan memelu agam tersebut dengan penuh keyakinan. Unsure terpenting
ang dibawa agama Buddha ke Jepang adalah Prinsip transeden dan pembelakangan
dunia karena itu pangeran Shotuku berpendapat bahwa “dunia adalah palsu”
Kebenaran hanyalah milik Buddha sendiri. Kemudian dia juga membuat
Undang-undang 17 pasal, yang dasar utamanya adalah pengajaran agama
Buddha. Diantara 17 pasal tersebut ada pasal-pasal yang menunjuk pada
pada moral diantaranya pasal ke 2 pangeran Shotuku menyebutkan
“menghormati dengan tulus dan ikhlas terhadap tiga hal yang utama yaitu,
Buddha, undang-undang, dan tempat peribadatan. Karena ini semua objek kepercayaan
di seluruh negeri
Pada jaman pangeran Shotoku
berkuasa, agama Buddha menguasai menguasai kehidupan agama dikalangan istana,
dan pada tahun 604 M. sudah menjadi agama Negara. Pada tahun 607 M. di horyuji
didirikan kelenteng agama Buddha yang pertama di Jepang, yang kemudian menjadi
tempat studi umat Buddha.
Perkembangan Agama Budha pada Jaman
Asuka dan Jaman Nara
Perkembangan agama Budha pada jaman Asuka dan Jaman
Nara dapat pula disebut dengan babak awal kedatangan dan
perkembangan Agama Budha di Jepang. Pada masa – masa awal penjajakan Agama
Budha di Jepang yaitu dengan penyesuaian dan adaptasi terhadap kepercayaan asli
rakyat Jepang, yaitu Shinto. Para biksu penyebar agama Budha tetap melaksanakan
ritual – ritual pemujaan nenek moyang milik ajaran Shinto. Dengan begini agama
Budha dapat terus berjalan dan berkembang tanpa mempengaruhi ajaran Shinto.
Pada awal masuknya agama Budha di Jepang di jaman Asuka, banyak penolakan yang
terjadi. Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga, agama Buddha
mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap
agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul banyak pemberontakan
oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha
khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir
dengan penyerbuan ke kuil di yang terletak di atas puncak bukit itu dan
membunuh ribuan pengikutnya.
Akan tetapi pada jaman Nara, kepercayaan Budha semakin
berkembang. Penerapan ajaran agama Buddha dari China oleh Jepang
berdasarkan latar belakang karakter kebudayaan China, di mana
agama Buddha diterima oleh keluarga kaum bangsawan. Kaum bangsawan di
Jepang pada waktu itu adalah kaum intelektual yang biasanya di Jepang juga para
Damyo, kerabat kerajaan dan bangsawan – bangsawan lainnya. Begitu kaum
bangsawan menerima agama Buddha, maka penyebarannya ke seluruh negeri
berlangsung dengan cepat.
Pada jaman Nara terdapat enam sekte agama Budha cukup terkenal dan memiliki cukup
banyak pengikut. Kesemua sekte ini berasal dari Tiongkok dan penyebarannya
melalui beberapa negara – negara. Enam sekte tersebut adalah sebagai berikut :
- Sekte Kegon, yang dalam bahasa Tiongkok adalah Hua-yen mengambil dari aliran Avatamsaka. Mempunyai pandangan dan kepercayaan bahwa semua yang ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang terwujud di dalam tubuh Buddha.
- Sekte Ritsu, merupakan pengembangan dari aliran Vinaya. Lebih ditekankan pada disiplin (vinaya) serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang ideal yang diperkenalkan adalah apa yang diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya pada peranan umat seperti penjelasan dalam Vimalakitri Sutra.
- Sekte Kusha , yaitu aliran Abidharmakosha
- Sekte Shanron, mengambil dari aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika
- Sekte Hosso , mengambil dari aliran Dharmalaksana mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak bisa diselamatkan.
- Sekte Jojitsu, menganut aliran Satyasiddhi-sastra
Pada periode Nara para pengikut dari sekte – sekte tersebut masih dalam
kalangan Bangsawan dan petinggi – petinggi Damyo. Hal tersebut
dikarenakan ritualnya yang masih rumit, perlu pengetahuan yang
mendalam untuk mempelajarinya dan teks-teks ajaran Buddhanya yang pada saat itu
masih menggunakan dengan huruf Kanbun yaitu huruf – huruf Cina kuno.
Selama
periode Nara banyak biara yang dibangun, bangunan-bangunan sakral tersebut
mengikuti Arsitektur Tang seperti biara terkenal Todaiji (terkenal dengan patung
besar Buddha -Nara Daibutsu) dan biara Horyuji yang dibangun dengan bahan dari
kayu dan berdiri sampai kini, biara Horyuji adalah bangunan yang dianggap
tertua didunia yang dibuat dari kayu. Bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur
Tang lebih banyak dijumpai di Jepang daripada di Tiongkok sendiri, hal ini
disebabkan oleh peperangan-peperangan atau bencana alam yang sering melanda
Tiongkok dan bangunan-bangunan dari kayu lebih mudah terbakar.
Selama
pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah
menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama
ini dan membuat patung Buddha yang besar di Nara serta
menjadikannya sebagai pusat kebudayaan nasional. Di tiap propinsi dibangun
pagoda-pagoda dan sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai
dengan keadaan
setempat.
2.3 Perkembangan Agama Buddha Pada
Jaman Heian dan Kamakura
Dimulai pada Jaman Heian dimana munculnya dua aliran atau
sekte besar agama Buddha di Jepang. Dua aliran tersebut
adalah aliran Tendai dan Shingon. Kedua aliran tersebut bertujuan untuk
menyatukan serta merakyatkan agama Budha pada seluruh masyarakat Jepang. Tidak
hanya pada kaum bangsawan saja, akan tetapi juga para rakyatnya.
Sekte Tendai didirikan di Tiongkok oleh biksu Zhiji pada tahun 550 M. Pada
tahun 804 seorang biksu Jepang bernama Saicho atau Dengyo Daishi (767-822)
datang ke Tiongkok dan belajar di gunung Tiantai, propinsi Jejiang dan kembali
pada tahun 805 lalu mendirikan biara Enryakuji di gunung Hiei. Doktrin Tendai
didasarkan pada Lotus Sutra dan populer di kalangan atas termasuk Kaisar Kammu.
Sekte Tendai ini berpengaruh terhadap perkembangan sekte-sekte lainnya.
Sekte Shingon atau "Kata Kebenaran" didirikan oleh biksu Kukai atau
Kobo Daishi (774-835). Dia juga pergi ke Tiongkok dan belajar Buddhisme di
Changan selama dua tahun dan kembali pada tahun 806, ia adalah seorang biksu
yang berasal dari kelas bangsawan serta populer dan terkenal di Jepang. Kukai
mendirikan biara di gunung Koya dekat Osaka. Sekte Shingon ini berfokus pada
Buddha universal.
Pada jaman Kamakura ada dua aliran yang diperkenalkan di Jepang dari
Tiongkok yaitu sekte Jodoshudan Zen, kedua sekte ini berfokus pada
ajaran Amida (Amithaba atau O- mi-to-Fo) sebagai jalan menuju keselamatan
manusia dan yang terakhir adalah sekte Nichiren. Ritual dan ajaran sekte-sekte
ini lebih praktis, mudah diikuti dan tidak terlalu rumit serta popular
dikalangan rakyat kebanyakan.
Sekte
Jodo Shu didatangkan dari Tiongkok oleh biksu Honen (1133-1212), ia mendirikan
sekte ini pada tahun 1175. Honen mengecam formalisme dan kecendrungan biara
Buddha yang menyendiri pada masa hidupnya. Sekte Zen juga berasal dari
Tiongkok, sekte ini terbagi dalam dua cabang aliran yaitu aliran Rinzai dan
aliran Soto. Sekte Zen memiliki keyakinan bahwa pencerahan yang sempurna
dicapai dengan meditasi dibawah tuntunan seorang guru. Zen popular dikalangan
Samurai yang menghargai disiplin diri dan tidak mementingkan pelajaran kitab
suci. Dari sekte Zen ini muncullah banyak karya seni serta budaya baru di
Jepang. Seperti lukisan – lukisan dan ukiran di wihara Zen yang unik dan juga
Chanoyu serta Judo juga merupakan hasil budaya dan seni dari sekte Zen.
Sedangkan Sekte Nichiren adalah sekte yang paling terkenal dan memiliki banyak
pengikut sampai saat ini. Sekte ini didirikan pada tahun 1253
oleh seorang biksu Tendai berasal dari keluarga nelayan dari Kanto bernama
Nichiren (1222- 1282), namanya menjadi nama sektenya sendiri dan dikenal juga
dengan nama sekte Lotus. Ajaran Nichiren mengutamakan Sutra Lotus daripada
Amithaba serta mantera "Nam-myoho-renge-kyo". Sekte Nichiren ini
disebut juga sebagai Buddhisme Jepang dan sekte yang berasal dari Jepang
sendiri dan pusatnya terletak di gunung Minobu sampai sekarang, pribadi
Nichiren sering dianggap sebagai seorang yang berkarakter aggresif, dominan dan
tidak toleran terhadap sekte-sekte Buddha lainnya di Jepang.
Perkembangan agama Buddha di Jepang telah mengalami pasang
surutnya dalam sejarah, pada masa pemerintahan Oda Nobunaga (1534-1582) dan
Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) yang dikenal pernah mengaggresi Korea dua kali
pada abad ke-16, agama Buddha mengalami penindasan terutama dengan sekte Jodo.
Popularitas dan pengaruh agama Buddha di Jepang berkurang mulai pada
pertengahan abad ke-19 atau awal dari restorasi Meiji, karena digantikan oleh
pengkultuskan terhadap Kaisar Jepang dan promosi Shinto sebagai agama negara,
situasi ini mulai berubah setelah perang dunia kedua dan Jepang memasuki era
demokrasi dan negara modern.
Perbandingan Ajaran Buddha Jepang
Dengan Negara Lain
Pada mulanya memang agama Budha masuk ke Jepang melalui Korea, Cina dan India.
Akan tetapi seiring berkembangnya ajaran Buddha di Jepang, ajaran Budha di
Jepang memiliki keunikan tersendiri dan perbedaan – perbedaan dalam dasar
alirannya yang membedakan dengan Negara – Negara lain.
India merupakan asal muasal dari
agama Budha yang berasal dari ajaran seorang petama yang bernama Sidharta
Gautama dengan kitab Tripitaka. Adanya pepatah Ashy Ajatang Abhutang
Akatang Asam Khatang “suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak
diciptakan dan mutlak. Sedangkan di India sendiri sempat mengalami perpecahan
dan kemrosotan sekitar 1.600 thn setelah budha meninggal, abad ke-12 budha
benar2 sirna dari India. Lalu diperkenalkan dari Srilangka pada akhir abad
ke-19 M, 700 thn sebelumnya tidak ada agama Budha di India.
Di Korea penyebar aliran ajaran Budha memiliki dukungan yang cuup besar dari
pemerintahnya. Kebanyakan oaring yang menganut agama Budha akan bernasib baik
dengan adanya aliran dana dari pemerintah untuk mengembangkan ajaran Buddha.
Walaupun di Korea terdapat “Human Right Watch”, akan tetapi pemerintah tetap
memberikan keuntungan lebih pada para pemganut ajaran Budha. Hal tersebut
menjadikan penganut Buddha di Korea mencapai 1.082.000 jiwa yaitu 40% dari
jumlah seluruh penduduk Korea.
Sedangkan di Cina, perbedaan mendasar terdapat alirannya. Rakyat Cina sangat
menentang aliran Hinayana. Aliran Hinayana adalah aliran Buddha yang memilki
aturan yang ketat dimana para pengikutnya harus meninggalkan kepentingan
duniawi untuk beribadah. Sehingga menggunakan ajaran Buddha yang dapat berkolaborasi
dengan budaya setempat dan tetap mempertahankan kepentingan – kepentingan
duniawi seperti bekerja dan sebagainya.
Sedangkan di Jepang sendiri banyak sekali keunikan serta budaya yang muncul
karena pengaruh ajaran Buddha. Seperti seni Zen yang telah dijelaskan
sebelumnya. Menghasilkan budaya – budaya baru untuk Jepang. Dan banyak sekte –
sekte yang muncul di tiap – tiap jaman sehingga memunculkan pasang surut aliran
agam Buddha. Di Jepang sendiri memperbolehkan para Biksu untuk menikah. Hal
tersebut dilakukan untuk memunculkan penerus yang mengembangkan ajaran Buddha.
Setelah para Biksu itu merasa cukup tua dan anaknya mampu untuk meneruskannya,
biksu itu akan menyendiri sesuai dengan ajaran Budha yaitu terlepas dari
kepentingan – kepentingan duniawi
Pada masa pemerintahan Nara
(710-784) Agama Buddha mengalami perkembangan pesat hal ini karena banyak suku
dan bangsawan berpengaruh lagi terpandang memeluk agama Buddha. Sehingga
berdampak pada tata administrasi pemerintahan yang cukup besar. Disamping itu,
penguasa juga berpendapa bahwa agama Buddha adalah sarana yang tepat Untuk
mencapai kesejahteraan hidup dan bangsa.Oleh karenanya, perhatian
pemerintah terhadap agama Buddha begitu besar serta memberikan bantuan yang
besar pula terhadap agama Buddha. Sehingga, pada tahun 655 M dikeluarkanlah
ketetapan pemerintah yang mengharuskan kepada setiap masyarakat Jepang
untuk mendirikan bustudan
Periode ini ditandai juga dengan munculnya beberapa sekte dalam agama Buddha di
Jepang yaitu :
- Sanron,
- Hosso,
- Kegon
Yang termasuk dalam sekte Mahayana
dan juga,
- Jojisu
- Kusha
- Ritsu
Yang termasuk dalam sekte therevada.
Diantara ke enam sekte tersebut, tiga diantaranya masih bertahan hingga
saat ini. Yaitu, sekte Hasso yang erpusat di kelenteng Kofukuji
dan Yakushiji, sekte Kegon dengan Pusat di kelenteng Todaiji
sekte Ristu dengan pusatnya di kelenteng Toshodaiji.
Seiring dengan perkembangan agama Buddha di Jepang, pada tahun 710 banyak
sekali kuil dan vihara yang dibangun di ibukota Nara, seperti pagoda lima
tingkat dan ruang emas horyuji, atau juil Kofukuji. Banyak sekali lukisan
dan patung dibuat, pembuatan seni Buddha di Jepang mencapai Puncaknya Pada saat
ini.
Pada periode selanjutnya, pada masa kekuasaan Heian 794 M muncul usaha usaha
untuk me,adukan kepercayaan dan tradisi asli Jepang dengan agama Buddha antara
lain :
- Saicho
Mengajarkan Bahwa sebenarnya
dewa-dewa agama Buddha sama dengan Dewa-dewa dalam agama Shinto, yang disebut
kami
- kukai
mengajarkan bahwa dewa tertinggi
dalam agama Shinto adalah sama denga dewa tertinggi dalam agama Buddha sehingga
tidak ada perbedaan antara keduanya, dalam hal pemujaan[11]
memasuki abad ke 13 M. karena terjadinya gejolak perselisihan dan perebutan
antara penguasa Negara, maka munculah beberapa sekte di Jepang.
- Sekte Zen[12]
Sekte zen merupakan buah jalur asal
dengan ajaran Boddhidarma. Di China. Yang tujuannya untuk memindahkan
pikiran Buddha secara langsung kedalam pikiran para pemeluknya mengajarkan dan
menjelaskan bahwa pencerahan haya diperoleh melalui pikiran intuitif.
Sekte zen pada akhirna dibagai lagi menjadi dua golongan besar yaitu :
- Soto zen dengan tokohnya Dogen[13]
sekte ini banyak dianut oleh kaum
petani dan dan bergerak dalam bidang social
- Rinzai dengan tokohnya Eisai[14].
Sekte ini berkembang dikalangan
militer dan aristokrat serta menjadi tulangpunggung kelas pengeuasa dan
militer.
- Sekte Amida
sekte amida dikenal juga dengan
sebutan ‘tanah suci’ yang mengemukakan ajaran keselamatan dengan cara
mempercayai kepada Buddha secara mutlak dan dengan menyebut amida
seeorang akan mendapat keselamatan. Objek pemujaannya adala patung Amida
Buddha, serta dilengkapi dengan patung Bodisatva Kwan On yang
melambangkan kemurahan, dan patung deiseishi sebagai lambing
kebijaksanaan.
- Sekte Nichiren Sozu
Sekte ini didirikan oleh
nichiren[15] mempunai ideology yang ingin mengembalikan agama Buddha kepada
bentuknya yang murni yang akan dijadikan sebagai perbaikan bagi masyarakat
di Jepang. Dan menolak ritualisme dan sentimentalisme sekte Amida,
Melawan semua kesalahan, agresif, dan bersifat eksklusif
- Secara geografis, Jepang terletak pada jalur sutera, oleh sebab itu Jepang bisa menyimpan banyak aspek agam Buddha ketika agam ini mulai hilang dari asalnya di India dan selanjutnya di Asia tengah dan Tiongkok[16]
Pada umumnya, ketika membicarakan
tentang Buddha di Jepang selalu merujuk pada sekte Buddha Zen. Demikian
juga dengan Budaya yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari peran Buddha
Zen. Kuil Buddha di Negara ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah,
juga juga berfungsi sebagai tempat wisata
Buddha di Jepang Zaman Modern
Dinamika kehidupan beragama
khususnya agama Buddha di Jepang pada pada Zaman Modern sangat berbeda dengan
pola kehidupan masyarakat Jepang pada masa lalu Namun, kendati
demikian tradisi keagamaan dan budaya mereka sangat eksis. Karena mereka selalu
mempertahankan warisan moyangnya.
Dalam era modern, Buddhisme ini
ditandai dengan keragamannya. Di beberapa negara adalah lembaga
budaya.Dalam beberapa hal itu sangat terlibat dalam konflik politik.Beberapa
pemerintah yang bertentangan dengan agama Buddha telah mencoba untuk
menghancurkannya. Di negara-negara lain, Buddhisme hanya menjadi mapan atau
berkembang dalam bentuk baru.
Di beberapa negara, agama Buddha
telah menjadi bagian integral dari lanskap budaya. Di negara-negara, ada
ribuan candi, besar dan kecil. Beberapa museum di mana karya-karya sejarah
seni Buddhis yang ditampilkan dan arsitektur yang luar biasa dan lanskap yang
ditampilkan. Candi lain tempat berkumpul bagi penduduk
setempat. Orang mungkin menemukan pasar loak bulanan atau samping toko
souvenir berdampingan dengan orang yang berpartisipasi dalam ritual
memperingati kerabat almarhum. Ada universitas terkemuka di mana Buddha
tradisi Buddhis yang diajarkan. Ritual Buddhis kepentingan nasional,
seperti dering lonceng kuil di malam tahun baru di Jepang, masih menarik
kerumunan besar. Sementara beberapa pengalaman iman Buddhis mereka intens,
yang lain mengatakan mereka berpartisipasi dalam ritual karena alasan budaya,
bukan sebagai masalah keyakinan.
Di negara lain, agama Buddha telah
bertentangan dengan pemerintah. Di Cina, praktek Buddhisme berkecil hati
bagi sebagian besar abad ke-20. Candi dan karya seni hancur, dan biarawan
dan biarawati dipaksa untuk kembali ke kehidupan sekuler. Buddhisme di
Cina itu hampir hancur, dan baru mulai pulih. Pemerintah Cina juga
berasimilasi Tibet, memaksa pemimpin politik dan keagamaan, Dalai Lama ke-14,
untuk meninggalkan negara. Di Tibet, kuil dan seni juga hancur dan
biarawan dan biarawati dibunuh atau dipenjara.
Di Burma (Myanmar), biksu Buddha
baru-baru ini memprotes pemerintah saat ini atas resiko sendiri. Buddha
juga telah terlibat dalam konflik politik di Sri Lanka, Kamboja, Laos, Vietnam,
dan Thailand.
Ada kesempatan di mana bhikkhu telah
mengangkat senjata dan ikut serta dalam konflik militer. Di Tibet,
beberapa biarawan menjadi pejuang, sementara yang lain menggunakan
metode-metode protes damai dan dipenjara atau menghadapi tembakan dari polisi
atau tentara. Bahkan sebelum peristiwa ini, beberapa biarawan Tibet yang
terlibat dalam konflik bersenjata antara biara-biara saingan. Selama
Perang Vietnam, beberapa biksu Buddha menjadi tentara Vietnam Utara.
Selama era shogun di
Jepang, orang militer mengambil praktik Buddhis sebagai cara untuk menumbuhkan
disiplin diri dan menjadi pejuang yang lebih baik. Beberapa biksu Budha
Jepang dan sarjana diperbaharui tradisi ini untuk mendukung nasionalisme mereka
selama Perang Dunia II.
Satu dapat melihat tema Buddha dalam
karya seni di seluruh Asia. Buddhisme juga amat menonjol dalam budaya
populer Asia, di mana orang dapat melihat film atau anime dengan tema Buddhis
atau karakter Buddha. Para bermoral atau merosot biksu Buddha adalah
stereotip sering dalam sastra dan film, seringkali karakter komik.
Daftar Bacaan
[1] Djam anuri, Agama Jepang.
H.21-22
[2] M. Ikhsan tanggok. Agama
Buddha. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009 hal. 28
[3] Mukti Ali. pengantar
Agama-Agama Dunia. IAIN Sunan Kalijaga press, Yogyakarta 1988, hal 140
[4] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.22
[5] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24
[6] Adalah tempat pemujaan Buddha,
yang diharuskan bagi setiap warga Jepang untuk mendirikannya.
[7]Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24
[8] seorang tokoh penting yang telah
mengadaka pembaharuan di dalam agama Buddha, hidup pada tahun 767-822
[9] Motoori Nironaga. Seorang
sarjana dan pembaharu agama Shinto abad modern , menjelaskan mengenai maksud
kami tersebut :”istilah kami pada mulanya diterapkan kepada berbagai macam dewa
langit dan bumi yang disebutkan dalam catatan-catatan kuno , dan juga terhadap
sepirit mereka (mi-tama)yang berdiam di tempat tempat suci dimana
mereka dipuja. Dan lagi bukan hanya manusia tetapi juga burung-burung, bintang,
tumbuhan, pohon, laut, gunung-gunung, dan semua yang benda yang lain apapun
bentuknya yang patut ditakuti dan dipuja sebab kekuasan yang luar biasa dan
tinggi yang mereka miliki semua disebut kami. Mereka tidak memerlukan
sifat keistimewaan sebab kemuliaan, kebaikan, atau kegunaan yang luar biasa
wujud-wujud yang mengerikan jga disebut dengan kami apabila mereka juga
sebagai objek yang pada umumnya juga ditakuti. Diantara kami yang berwujud
manusia yaitu mikodas, diantarav lainnya adalah Guntur atau
dewa suara (kaminaru); naga, gema atau sepirit pohon (kodama),
dan rubah yang dianggap kami karena sifatnya yang mengerikan dan
menakutkan. Istilah kami dipergunakan dalam kitab nihongi dan
manyoshiu, sebuah puisi kumpulan kuno terhadap harimau dan serial. Dalam
berbagai kejadian, laut dan gunung-gunung disebut dengan kami, ini bukan
dimaksudkan sepirit sepirit mereka . dunia yang dihadapi langsung dalam wujud
laut dan gunung-gunung itu sendiri, merupakan wujud yang menakutkan
[10] Tokoh penting yang
berkontribusi dalam pembaharuuan agama Buddha, hidup pada tahun 774-835.
[11] Mukti Ali (pengentar).
Agama-agama di Dunia h.141
[12] Kata zen dalam bahasa
sansekerta sebenarnya memiliki arti sama dengan dhyana yang berarti
perenungan yang tenang. Atau aktifitas merenung.
[13] Pendeta yang hidup pada
1200-1252 M.
[14] Seorang pendeta tendi yang
hidup pada 1141-1215 M.
[15] Nichiren (1222-1282) adalah
tokoh utama dalam sejarah Jepang yang giat dalam usaha pembaharuan sosial
[16] Smith, Huston. Agama-agama
Manusia. Yayasan obor Indonesia, Jakarta, 1995,hal. 175
Tidak ada komentar:
Posting Komentar