Di saat sekarang ini banyak sekali penyakit dengan
mudah dapat menyerang siapa saja, tidak memandang usia muda atau tua, dan tidak
memandang jenis kelamin pula. Semua orang beranggapan bahwa rasa sakit hanya
dapat disembuhkan apabila rasa sakit tersebut dapat terlihat, hanya sakit fisik
atau jasmani yang ada obatnya dan dapat disembuhkan. Dalam buddhisme rasa sakit
tidak hanya disebabkan karena sakit fisik saja tetapi sakit batin atau mental. Yang
mana rasa sakit tersebut dapat disembuhkan dengan cara pengobatan. Dalam suatu
pengobatan sering dipertanyakan etika-etika yang berlaku didalam pengobatan
yang terjadi. Misalnya: pengobatan dilakukan dengan cara yang baik atau
menggunakan cara yang buruk dan dilakukan dengan cara yang wajar. Pada
kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai buddhisme, pengobatan, dan
etika.
Pembahasan:
Buddhisme adalah ajaran yang dikembangkan oleh
siddharta Gautama yang mengajarkan bahwa
kesengsaraan adalah bagian kehidupan yang tidak dapat terpisahkan dan orang
dapat membebaskan diri dari kesengsaraan dengan mensucikan mental dan moral dari
diri pribadi (KBBI, 2008: 226).
Pengobantan adalah proses, cara, perbuatan mengobati
(KBBI, 2008: 1013).
Etika berarti ilmu tentang apa yang baik atau buruk,
dan tentang hak serta kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak, asas perilaku yang menjadi pedoman (KBBI 2008: 399)
Buddhisme, pengobatan, dan etika adalah cara atau proses
mengobati rasa sakit baik fisik maupun batin, dengan menggunakan etika-etika
yang pernah diajarkan oleh sang Buddha.
Buddhisme, pengobatan,
dan etika
I.
Buddhisme
dan pengobatan
Pengobatan dalam buddhisme terdiri dari
dua yaitu pengobatan yang diberikan untuk batin atau mental (pengobatan batin)
dan pengobatan yang diberikan untuk fisik (pengobatan jasmani atau fisik).
Dalam buddhisme, Buddha adalah dokter terhebat karena Buddha mengobati penyakit
secara menyeluruh. Buddha tidak hanya mengobati penyakit fisik tetapi juga
menyembuhkan kita secara mental dan spiritual.
Dalam buddhisme, pembahasan mengenai
pengobatan mental atau batin dijelaskan lebih rinci dalam pembahasan “empat
kebenaran mulia”. Dengan mengetahui bahwa itu penderitaan, sebab, penderitaan
dapat diakhiri, dan jalan mengakhiri penderitaan tersebut maka kita akan
terbebas dari penyakit. Pengobatan batin dalam buddhisme dilakukan dengan cara
melakukan Hasta Arya Magga. Seperti
yang disabdakan sang Buddha kepada para bhikkhu dalam virecana sutta, Buddha
menunjukkan kepada para bhikkhu obat mulia yang selalu sukses dan tidak akan
gagal.
Pengobatan fisik bisa dilakukan dengan
cara atau proses yang medis, dengan bantuan dokter. Pada zaman sang Buddha
gotama pengobatan sudah diperkenankan atau dianjurkan bagi para bhikkhu maupun bhikkhuni.
Dalam vinaya pitaka terdapat peraturan-peraturan untuk bhikkhu yang akan
menjalani operasi dan pemakaian obat-obatan yang dianjurkan oleh sang Buddha.
Pengobatan pada zaman sang Buddha menggunakan pengobatan-pengobatan yang
bersifat alami yaitu dari tanaman herbal dan terapi. Akan tetapi sesuai dengan
perkembangannya pengobatan fisik terutama bagian-bagian organ dalam seperti,
sakit jantung, ginjal, paru-paru dan lain sebagainya sudah tidak menggunakan
tanaman-tanaman herbal lagi melainkan sudah menggunakan alat-alat medis yang
lebih lengkap dan canggih.
Selain pengobatan, dalam buddhisme juga
diajarkan atau ditunjukkan cara bagi semua makhluk untuk terbebas dari rasa
sakit atau sering disebut dengan pencegahan terhadap rasa sakit yaitu dengan
melaksanakan Hasta Arya Magga. Jadi Hasta Arya Magga selain sebagai
pengobatan juga bisa digunakan sebagai pencegahan penyakit.
II.
Buddhisme
dan Etika
Etika dalam buddhisme yang dimaksudkan
adalah sistem nilai mengenai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi suatu kelompok orang dalam mengatur tingkah laku (Krishnanda
Wijaya, 2003:176). Etika dalam buddhisme bukan merupakan suatu daftar atau
nilai mati tentang apa yang boleh dan tidak boleh. Etika dalam buddhisme
memiliki nilai-nilai yang dilakukan oleh manusia, tetapi tidak semua yang harus
dilakukan adalah persoalan etika. Etika dalam buddhisme memiliki makna yang
sangat lebih dibandingkan dengan makna sesuatu yaitu makna kehidupan kita
sebagai manusia.
Etika yang baik dalam buddhisme dapat
digunakan sebagai patokan atau dasar bagi manusia atau seseorang untuk
melakukan atau melaksanakan dengan baik “jalan mulia berunsur delapan”. Etika
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi seseorang dalam melakukan pengobatan
maupun pencegahan. Dengan etika yang baik, maka seseorang dapat melaksanakan
“jalan mulia berunsur delapan” dengan sungguh-sungguh sehingga seseorang dapat
menjalani pengobatan batin mereka dan seseorang dapat mencegah timbulnya
penyakit batin atau mental. Akan tetapi apabila mereka tidak memliki etika yang
baik, sulit bagi mereka untuk melaksanakan “jalan mulia berunsur delapan”
dengan baik pula.
Penutup
Pengobatan terdiri dari dua yaitu pengobatan batin
dan pengobatan fisik. Dalam buddhisme pengobatan batin dilakukan dengan cara
menjalankan “Hasta Arya Magga” atau “Jalan Mulia Berunsur Delapan”. Selain
sebagai pengobatan “Hasta Arya Magga” juga bisa digunakan sebagai pencegah munculnya
penyakit baru khususnya penyakit mental atau batin. Sedangkan penyakit fisik dilakukan
dengan bantuan dokter yaitu secara medis. Etika sangat berpengaruh terhadap
pengobatan yang sedang dilakukan. Etika yang baik akan dengan mudah menerima
pengobatan dan dapat dijalankan dengan sungguh-sungguh, sedangkan etika yang
buruk akan memperlambat seseorang dalam melakukan pengobatan terutama
pengobatan batin dan mental.Sumber:http://www.PANDANGAN BUDDHISME, MENGENAI PENGOBATAN.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar