MAKALAH AGAMA BUDDHA DI INDIA DAN
TIONGKOK (CINA )
Makalah ini disajikan untuk menjadi
bahan diskusi mingguan
pada mata kuliah Buddhisme
Dosen Pembimbing :
Drs. H. Roswen Dja’far
Hj. Siti Nadroh, M.Ag
Saeful Azmi,M.Ag
Disusun oleh :
Ahmad Khoirul Fatihin
Rahman Taufik
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1433 H
KATA PENGANTAR
Puji serta rasa syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada rasul panutan kita yakni Nabi Muhammad SAW, juga kepada
keluarganya, para sahabatnya dan semua pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.
Dengan selesainya makalah ini,
mahasiswa dan para pembaca diharapkan mampu memahami dan mengamalkan isi dari
pada makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa penulisan makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari mahasiswa dan para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, semoga amal
kebaikannya dilipat gandakan oleh Allah SWT dan menjadi amal saleh yang akan
menjadi saksi di hari kiamat nanti. Amiin
Penulis
A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan agama Buddha di
dunia ini merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena minat
setiap manusia kurang mengenai sejarah dalam keingin-tahuan tentang
perkembangan agama Buddha di dunia. Agama Buddha yang secara historis dan
filosofis telah menjadi bagian dari peradaban dunia yang nilai-nilai filsafati,
budaya, politis dan yang berkaitan dengan perkembangan dunia secara lokal
maupun global telah mendarah daging menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perubahan dan perkembangan suatu bangsa, khususnya di Asia. Sejarah
perkembangan agama Buddha dianggap dimulai di daerah hulu Sungai Indus sekitar
33.000 tahun yang lalu, tepatnya di Mahenjo Daro dan Harappa. Pada mulanya
penduduknya tidak seperti sekarang tetapi memiliki perawakan yang kecil,
berkulit hitam, dan berambut keriting yang lebih dikenal sebagai bangsa
Dravida. Setelah masuknya bangsa Arya yang membawa serta kebudayaannya, membuat
peradaban bangsa Dravida terdesak ke India bagian selatan. Kedatangan bangsa
Arya inilah yang menimbulkan adanya system kasta di dalam struktur masyarakat
India .
B. Tujuan
Pembuatan makalah yang bertema
“Sejarah Perkembangan Agama buddha Dunia
1. Masyarakat dapat memahami sejarah
Agama Buddha Di Dunia
2. Agar mahasiswa dapat mengenal
sejarah perkembangan Agama Buddha di dunia
3. Menambah wawasan para pembaca.
C. Rumusan Masalah
1. Sejarah Peradaban India
2. Agama Buddha di Cina
PEMBAHASAN
1. Sejarah Peradaban India
Sejarah peradaban India dianggap
dimulai di daerah hulu Sungai Indus sekitar 33.000 tahun yang lalu, tepatnya di
Mahenjo Daro dan Harappa. Pada mulanya penduduk tidak seperti sekarang tetapi
memiliki perawakan yang kecil, berkulit hitam, dan berambut keriting yang lebih
dikenal sebagai bangsa Dravida. Setelah masuknya bangsa Arya yang membawa serta
kebudayaannya membuat peradaban bangsa Dravida terdesak ke bagian selatan.
Dalam hal ini bangsa Arya menjadi bertambah pesat. Agama Budha tumbuh di India
tepatnya bagian Timur Laut. Agama Budha muncul sebagai reaksi terhadap domonisi
golongan Brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India.
Selain itu adanya larangan bagi orang awam untuk mempelajari kitab suci. Bahkan
sebelumnya kaum ksatria dan raja harus tunduk kepada Brahmana. Sidharta
memandang bahwa sistem kasta dapat memecah belah masyarakat bahkan sistem kasta
dianggap membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran. Oleh
karena itu, Sidharta berusaha mencari jalan lain untuk mencapai moksa yang
kemudian berhasil ia peroleh di Bodhgaya (tempat ia memperoleh penerangan
agung). Pahamnya disebut agama Budha. Menurut agama Budha kesempurnaan
(Nirwana) dapat dicapai setiap orang tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum
Brahmana. Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai
kesempurnaan tersebut asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga terbebas
dari samsara. Berdasarkan pandang tokoh-tokoh agama Buddha, sejarah agama
Buddha tidak dimulai pada abad ke-6 dengan kelahiran Sidharta Gautama, tapi
sudah jauh sebelumnya, yaitu dengan sejarah-sejarah kehidupan dia sebagai
Buddhisattwa atau “Buddha yang akan datang” beserta ajaran Buddha yang
menyangkut kelahiran kembali (samsara).
Dalam alur sejarah agama agama di
india zaman agama budha dimulai sejak tahun 500 SM Hingga tahun 300 M, secara
Historis agama tersebut memepunyai kaitan erat dengan agama hindu yang dating
sebelunnya, sebagai agama ajaran budha tidak bertitik tolak dari tuhan dan
hubungannya dengan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia tetapi dari
keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari hari, khususnya tentang
tata susila yang harus di jalankan manusia agar terbebas dari lingkaran
kesesatan yang selalu menngiringi kehidupannya,
Telah lama kita dengar dalam cerita
dan kisah yang berkembang di masyarakat kalangan umat budha bahwa jauh sebelum
zaman prasejarah pernah hidup seorang mahluk yang bernama sumedha, ia pernah
mengalami berjuta juta kali reinkarnasi selama ia dalam tubuh seorang manusia
yang mempunyai derajat ke-budha-an yang bernama sidharta, tidak semua mahluk
bias menjelma dalam tubuh yang mempunyai derajat ke-budha-an sebab derajat ini
hanya bias dicapai oleh seorang yang benar benar telah mempersembahkan
pengorbanan yang besar terhadap sesama umat manusia,
Cerita mengenai riwayat hidup budha
sendiri diliputi olej mito;ogi yang ajaib sehingga menimbulkan penilaian yang
berbeda beda terhadap kebenaran cerita cerita tersebut, E.Senart (1875)
berpendapat bahwa cerita tentang riwayat itu hanyalah mite yang telah
berkembang pada zaman sebelum Gautama lahir, dan mite ini merupakan
menggambarkan pemujaan terhadap matahari,
H. Oldemberg berpendapat bahwa
Gautama memang benar benar lahir tetapi cerita mengenai dirinya disesuaikan dengan
keadaan waktu, sedangkan H.Kern mengatakan dengan menyatukan kedua pendapat
diatas dan berpendapat bahwa budha Gautama memang benar benar lahir tetapi
cerita kehidupannya memang diliputi oleh suatu mite tentang matahari yang
menerangi bumi.
C. Riwayat Sidharata Gautama
Menurut Riwayat .sidharta dilahirkan
pada tahun 560 SM, didaerah kapilawastu di kaki pegunungan Himalaya, India
Utara kira kira seratus mil dari benares, dalam buku ‘Agama agama Manusia”
menyebutkan bahwa ayah dari sidharta adalah seorang bangsawan yang kaya raya,
sedang dalam buku lain disebutkan bahwa ayahnya adalah seorang raja yang kaya
raya bernama sudhodana dan ibunya bernama maya, tempat lahirnya ditemukan
dilumbini pada tahun 1895 .
Pada suuatu hari maya yang sedang
hamil tua pergi dari kapaliwastu ke devadha hendak menego saudaranya di tengah
tengah perjalanan hatinya tertarik untuk melihat hutan kecil yang penuh dengan
bunga dan burung bersiulan, ketika di dalam hutan tersebut itulah maya
melahirkan sidharta dengan wajah yang bersina bagai matahari, di ceritakan
bahwa ketika sidharta lahir seketika itu pula orang yang tuli bias mendengar,
yang lumpuh dapat berjalan, yang buta dapat melihat dan yang sakit dapat
menjadi sembuh, sesudah melahirkan sidharta 7 hari kemudian maya meninggalkan
dunia yang fana ini.
Bayi yang lahir tersbut menurut
ramalan seorang pendeta (bernama asita), bahwa bayi tersebut bbetul betul
sebagai utusan dewa yang kelak akan menjadi pemimpin dan petunjuk bagi semua
mahluk dan menolong segenap rohani manusia dari samsara .
Ayahnya yang merawat dan menjaganya,
menginginkan agara sidharta menjadi seorang raja besar sebagai penerusnya,
sejak lahir sidharta di pelihara baik baik diasuh dengan segala kebesaran dan
kenikmatan serta kemewahan, beliau tidak dapat meninggalkan istana dengan
sekehendak hati, jika beliau hendak pergi bertamasya harus diiringi oelh
pegawai istana.
Setelah dewasa kemudian sidharta
mempunyai istri yang bernama gopa dan mempunyai anak laki laki yang bernama
rahula,
pada suatu hari sidharta berjalan
jalan di kota kemudian melihat orang yang tua bertongkat dan hampir menyentuh
dadanya badannya telah bongkok, kepalanya berat dan tidak berdaya lagi
membawanya, sidharta kemudian merasa kasihan dan sedih melihatnya,
suatu kisah lain menceritakan bahwa
sidharta telah melihat seorang yang meringkuk karena sakit sambil mengerang dan
mengaduh tanda beratnya penderitaan yang hidup yang dilalui orang
tersebut,keluarga disekelilingnya tidak berdaya menghilangkan rasa sakitnya
malah dia tidak dapat menegtahui apa penyakit yang diderita oleh saudaranya
tersebut.
Cerita ketiga menceritakan bahwa
sidharta telah melihat satu tubuh mayat yang sudah lama membusuk dan
menimbulkan bau yang sangat menusuk, perjumpaan dengan orang sakit, orang tua
dan seorang mati membuat sidahrta kemudian memikirkan tentang penderitaan,
kemudian dia mulai berfikir zuhud dan meninggalkan kemewahan serta kesibukannya
dan berfikir semoga dia bisa sampai ketingkat untuk mengetahui rahasia alam .
Sejak mulai berfikir zuhud itu lah
sidharta mulai sering keluar dari istana dan bertapa dan menjadi budha yang
artinya “yang disinari”, dari hasil bertapanya ini sidharta mendapatkan ilham
berupa 4 ajaran pokok dan 8 jalan kebenaran .
D. Ajaran sidharta Gautama
Setelah sidharta melakukan pertapaan
selama beberapa tahun kemudian dia mendapatkan ilham berupa 8 jalan jalan
kebenaran dan 4 poin khutbah yang kemudian dia sebarkan kepada semua orang
orang, keempat poin tersebut adalah :
1. Lahir menjadi tua, dan meninggal
dunia itu menderita, begitu pula itu halnya dengan bersedih hati itu juga
menderita, segala hal yang berhubungan dengan ketidak enakkan adalah suatu
pernderitaan,
2. Apakah yang menyebabkan
penderitaan itu?
Penderitaan itu disebabkan oleh hati
yang tidak ikhlas dan hawa nafsu,
3. Dapatkah penderitaan itu
dihilangkan?
Penderitaan akan lenyap bila hawa
nafsu yang berlebihan dapat dihilangkan
4. Bagaimanakah cara melenyapkan
penderitaan itu?
Cara untuk melenyapkan penderitaan
itu hanya dengan menjalani delapan jalan kebenaran yang diberikan oleh budha,
yaitu :
a. Percaya yang benar
b. Cita cita yang benar
c. Ucapan yang benar
d. Perbuatan yang benar
e. Hidup yang benar
f. Mempelajari hokum yang benar
g. Ingatan yang benar
h. Tafakur atau Samadhi yang benar.
Menurut Karen amstrong dalam bukunya
yang berjudul “Budha” kedelapan unsur jalan kebenaran tersebut telah ada dalam
3 aspek yaitu:
1. Moral atau pengendalian diri,
yaitu berkata, bertindak, dan hidup yang benar, pada pokoknya ketiga komponen
ini merupakan bagian dari ekspresi diri.
2. Meditasi, yaitu ajaran yoga yang
disempurnakan Gautama, termasuk didalamnya konsentrasi , perhatian dan usaha
yang benar.
3. Kebijaksanaan, dua nilai moral
pemahaman, yaitu pemahaman yang benar dan tindakan yang baik .
Sejarah perkembangan agama Buddha
tidak lepas dari bantuan raja-raja yang mendukung agama Buddha, di antaranya
adalah :
a. Ajatasatu
Raja dari kerajaan Magadha yang
memberi sokongan dana pada saat diadakannya sangha samaya pertama di goa
Satapani, Rajagaha. Dalam sangha samaya ini untuk pertama kalinya ajaran Buddha
diulang dan dikumpulkan setelah parinibbananya Buddha Gotama.
b. Ashoka wardhana
Asoka pada awalnya beragama Hindu
dan memiliki perangai yang menakutkan dan kejam. Jika ada kerajaan lain yang
tidak mau tunduk kepada Asoka maka kerajaan tersebut akan diserang dan
dijadikan daerah jajahan. Namun setelah mengenal ajaran Buddha Asoka mulai
berubah perangainya. Asoka ikut menyebarkan agama Buddha ke luar India dengan
mengirimkan banyak Dharmaduta-dharmaduta ke tempat yang berlainan serta
mendirikan banyak prasasti yang berisi tentang ajaran-ajaran agama Buddha.
Asoka juga mengirimkan putra-putrinya yaitu bhikkhu Mahinda dan bhikkhuni
Sanghamitta ke Ceylon untuk menyebarkan agama Buddha di sana. Sanghayana ke-3
diadakan di pataliputta waktu pemerintahan Asoka, dikarenakan adanya
perselisihan diantara sekte terhadap pemahaman akan kitab suci tipitaka .
Dari Konsili I sampai IV secara
garis besar terpecahlah aliran Buddha menjadi empat aliran besar, yaitu .
Sthavirada menjadi aliran yang
sekarang bernama Theravada Buddhis, sedangkan Mahasangika dan Sarvastivada
kelak menjadi aliran Mahayana Buddhis. Sammitya yang merupakan pecahan
Sthavirada sudah punah.
Theravada Buddhis berkembang di
India semasa Raja Asoka dan dibawa oleh Putra Raja Asoka yang bernama Mahinda
ke Srilanka dan kelak dari Sri Lanka menyebarlah Buddha Theravada ke Asia
Tenggara pada abad ke-11.
Mahayana Buddhis berkembang di India
sebagai bukti adanya perguruan Buddhis Nalanda sampai seribu tahun, sampai
dihancurkannya oleh pendatang dari Persia. Mahayana mendapat warna dan bentuk
sebagai sistim filsafat Buddhis oleh guru besar yang dikenal sebagai pendiri
dua sekte Mahayana, yaitu Nagarjuna abad II Masehi, yang mendirikan sistem
madyamika dengan karyanya yang terkenal Mulamadyamaka-karika dan Asanga abad IV
Masehi yang mendirikan Sistem Yogacara-vijnanavada dengan karya terkenalnya
Yogacarabhumi-sastra. Dari India menyebarlah agama Buddha Mahayana ke timur,
yaitu Cina, Korea, Jepang, dan ke Utara Tibet dan Nepal yang kelak menjadi
Tantrayana Buddhis. Menjelang pertemuan terakhir atas anjuran raja asoka maka
dikirimlah utusan utusan ke berbagai Negara untuk menyebarkan dharma, antara
lain : Syiria, Mesir, Yunani, dan Asia Tenggara
a. Mahayana di India
Sekitar awal era Kristen, terjadi
suatu gejala baru pada agama Budha, yakni bermunculan Mahayana yang secara
harfiyah berarti kendaraan “kendaraan besar” . Mahayana timbul karena lemahnya
semangat lama yang menghasilkan makin sedikit Arahat, serta tekanan-tekanan
dalam doktrin selagi mereka berkembang dan juga karena tuntutan pengikut awam
mengenai hak-hak sederajat dengan para biksu. Pengaruh asing juga banyak
mempengaruhinya. Mahayana berkembang di Barat Laut India dan India selatan,
daerah dimana agama Budha paling banyak terkena pengaruh-pengaruh non India,
seperti pengaruh seni Yunani dalam bentuk Hellenistik dan Romawi, maupu
pengaruh pandangan dari Mediterania dan Iran, penyilangan ini secara kebetulan
menyebabkan agama Budha Mahayana cocok dibawa ke luar India. Agar dapat
disebarkan keluar India. Agama Budha pertama-tama harus di modifikasi dengan
pengaruh-pengaruh agama asing, sebelum agama Budha diterima oleh agama asing,
contoh seperti agama Budha yang berkembang di daerah Cina maka dia harus
menyesuaikan adat budaya Cina, serta menjalani tahap proses de-Indianisasi.
Harus menerima pengaruh dari mereka dahulu. Bahkan secara garis besarnya, hanya
gama Budha Mahayana inikah yang mampu hidup diluar India .Penyebaran aliran
Mahayana antara abad pertama - abad ke-10 Masehi Dari saat itu dan dalam kurun
waktu beberapa abad, Mahayana berkembang danmenyebar ke arah timur. Dari India
ke Asia Tenggara, lalu juga ke utara ke AsiaTengah, Tiongkok, Korea, dan
akhirnya Jepang pada tahun 538.
b. Hinayana di India
Walaupun Mahayana berkembang,
seolah-olah Hinayana yang lama tetap berjalsan. Tentu saja
perkembangan-perkembangan yang baru mempengaruhi mereka juga. Mereka mengadopsi
teori-teori Mahayana, baik dengan secara meminjam secara langsung ataupun
secara karena terpapar pengaruh yang sama yang membentuk Mahayana. Ide tentang
Bodhisattwa kini menjadi terkenala dialam literatur Jataka yang umumnya menceritakan
tentang kehidupan seorang Buddha sebelumnya. Pada awalnya cerita-cerita ini
hanyalah sebuah dongeng saja, perumpamaan dan lain-lain. Yang diambil cerita
rakyat dari bangsa India itu sendiri yang banyak tersimpan. Maka cerita-cerita
ini disusun menjadi cerita Bodhisttwa . Kata Hinayana bukanlah berasal dari
bahasa Tibet, bukan berasal dari bahasa China, Inggris ataupun Bantu, tetapi
berasal dari bahasa Pali dan Sanskerta. Oleh karena itu, satu-satunya
pendekatan yang masuk akal untuk menemukan arti dari kata tersebut, adalah
mempelajari bagaimana kata hiinayaana digunakan dalam teks Pali dan Sanskerta.
Hinayana terdiri dari Hina (kecil) dan Yana sering disebut sebagai kendaraan
kecil karena bertujuan menjadi arahat maupun paccekabuddha yang dianggap lebih
rendah (inferior). Istilah Hinayana sendiri sebenarnya merupakan istilah yang
diberikan oleh kaum Mahayana. pengikut aliran Hinayana tersebar mulai dari
Srilanka, Burma ,Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos. Tradisi yang berkembang
selama berabad-abad telah mengubah praktek sempit aliran Hinayana yang pada
awalnya hanya di tujukan untuk bikhu. Hinayana menjadi aliran yang besar dengan
di kenal ditenggah masyarakat. Para bikhuni terus menekuni ajaran guna mencapai
tingkat arhat. namun metode baru berkembang untuk perumah tangga (umat awam)
dalam mempraktikkan ajaran Agama Budha,meskipun mereka tinggal bersama
keluarga, memiliki harta dan mengejar karir. Aliran hinayana mengajarkan kepada
pengikutnya untuk hidup sesuai ajaran, puas dengan apa yang diperoleh, dan
hidup bahagia.
2. Agama Buddha di Cina Dengan
mengetahui gambaran menyeluruh tentang sejarah negeri China, maka sejarah
perkembangan agama Buddha di China akan dipahami dengan lebih baik.
Sejak jaman perunggu di China, kerajaan-kerajaan timbul dan tenggelam,
pemerintahan juga berubah-ubah dari pangeran hingga pegawai pemerintah.
Penduduk China berkembang dengan
pesat. Pada abad pertama sebelum masehi, penduduk negeri ini diperkirakan sudah
berjumlah 50 juta. Daerah-daerah subur di sepanjang aliran-aliran sungai
menjadi tempat pemukiman yang memberikan cukup makanan. Padi merupakan bahan
pokok utama. Tanaman baru yang berasal dari Champa (Vietnam) yang berkembang
pada abad 11 seperti gandum, ubi jalar yang dapat tumbuh pada tanah-tanah yang
sempit, ikut mendorong pertumbuhan jumlah penduduk. Pada sekitar tahun 1200,
jumlah penduduk China diperkirakan berjumlah 100 juta, jumlah tersebut menurun
menjadi sekitar 65 juta pada tahun 1368 yakni pada tahun berakhirnya dinasti
Mongol. Sejak itu jumlah penduduk mengalami peningkatan. Namun, laju
pertumbuhan penduduk tidak terlalu pesat karena mengalami beberapa hambatan
yang disebabkan oleh bencana alam (banjir, penyakit), peperangan, dan kerusuhan
sosial.
Penduduk China terdiri dari
suku-suku bangsa dengan bahasa yang berlainan. Suku yang utama adalah Bangsa
Han, yang mengembangkan dasar-dasar kebudayaan dan politik sejak dinasti Han
(202-220 SM). Para ahli bahasa menggolongkan bahasa China dalam keluarga
Sino-Tibet. Dialek-dialek yang merupakan bagian dari bahasa China beberapa
diantaranya adalah dialek Wu atau Soochow, didapati di sekitar
sungai Yangtze dan Shanghai, dialek Min diwakili oleh Amoy (Fukien
selatan) dan Swatow (Kwantung dan pulau Hainan), dialek Hakka Yueh (Kanton),
serta suku-suku minoritas di selatan dan barat yang berdarah campuran Turki dan
Mongol. Karena pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, kesulitan bahasa
telah melahirkan bahasa Mandarin sebagai bahasa nasional pada abad ke 20 ini.
Sejarah China memberikan gambaran
bahwa agama tidak memegang peranan penting. Filsafat etika (moral) dari Kong Hu
Chu atau Confusius (551-479 SM) yang mengajarkan ”jen” sebagai azas kesatuan
telah dilengkapi dengan konsep "yi" atau kebenaran oleh Mencius
(sekitar 372-289 SM). Pandangan filsafat tersebut kemudian disempurnakan oleh
Hsun Tzu (306-212 SM).
Selain pandangan pembaharuan yang
berdasarkan tata laku dalam kehidupan masyarakat yang berasal dari Kong Hu Chu,
terdapat juga pandangan lain yang berdasarkan kehidupan rohani (bertapa) dari
Lao Tzu (sekitar 575-485 SM) dan Chuang Tzu (sekitar 369-286 SM) yang disebut
"Teo Te Ching". Dalam sejarah China, kedua pandangan tersebut silih
berganti berkembang sesuai dengan keadaan kehidupan masyarakat. Bila keadaan
tenang dan makmur, maka pandangan Kong Hu Chu yang berkembang. Dan sebaliknya
bila keadaan sulit, maka ajaran Tao yang populer.
Keruntuhan dinasti Han pada awal
abad ke-3 Masehi telah membuat kerajaan China mengalami kemunduran dalam
beberapa abad. Ajaran Kong Hu Chu pun memudar dan pada masa ini agama Buddha
mulai diperhatikan masyarakat China, ajaran Tao juga mengalami kebangkitan
kembali.
Sejarah filsafat China dapat dibagi
menjadi lima periode, yaitu :
1. Periode kuno awal
(sampai sekitar 200 SM)
2. Periode kuno kemudian
(sekitar 200 SM - 400 M)
3. Periode pertengahan
(sekitar 400–1000 M)
4. Periode modern awal
(sekitar 1000–1800 M) dan
5. Periode kontemporer
(sejak tahun 1800 M)
Ensyclopedia Americana cetakan tahun
1978 menyebutkan nama-nama dinasti dan negara (kerajaan) di China dari zaman
purba sebagai berikut :
Kerajaan T'ang (legenda)
3.000 tahun SM
Kerajaan Yu (legenda)
3.000 tahun SM
Dinasti Hsia
1994-1523 SM (perkiraan)
Dinasti Shang (Yin)
1523-1028 SM (perkiraan)
Dinasti Chou
Chou barat
Chou timur
1027-256 SM (perkiraan)
1027-770 SM (perkiraan)
770-256 SM
Dinasti Chin
256-206 SM
Dinasti Han
Han barat (awal)
Hsin
Han timur (kemudian)
202 SM – 220 M
202 SM – 9
9-23
25-220
Tiga kerajaan
Shu
Wei
Wu
220-265
221-264
220-265
222-280
Dinasti Chin (Tsin)
Chin barat
Chin timur
265-420
265-317
317-420
Dinasti-dinasti selatan
Liu Sung
Ch'i
Liang
Ch'en
420-589
420-479
479-502
502-557
557-589
Dinasti-dinasti utara
Wei (kemudian)
Wei (timur)
Wei (barat)
Ch'i (utara)
Chou (utara)
385-581
386-535
534-550
535-556
550-557
557-581
Dinasti Sui
581-618
Dinasti T'ang
618-906
5 (lima) dinasti
Liang (kemudian)
Yang (kemudian)
Chin (kemudian)
Han (kemudian)
Chou (kemudian)
907-960
907-923
923-936
936-947
947-950
951-960
10 (sepuluh) kerajaan
Wu
T'ang (selatan)
Ping (selatan)
Ch'u
Shu (awal)
Shu (kemudian)
Wu-yueh
Min
Han (selatan)
Han (utara)
902-979
902-937
937-975
907-963
927-951
907-925
934-965
907-978
909-944
907-971
951-979
Dinasti Sung
Liao
Sung (utara)
His-hsia
Chin (Kin)
Sung (selatan)
960-1279
947-1125
960-1126
990-1227
1115-1234
1127-1279
Dinasti Yuan (MONGOL)
1271-1368
Dinasti Ming
1368-1644
Dinasti Ch'ing (MANCHU)
1644-1911
Republik
sejak 1912 (Agama Buddha di
China)
Agama Buddha berkembang ke
China sekitar abad kedua sebelum masehi melalui Asia Tengah dan mulai
berpengaruh pada masa pemerintahan Kaisar Ming (58-75 M). Sejak dinasti Han
(202-220 M), agama Buddha mulai mendapat perhatian. Kira-kira pada masa
itulah Mo Tzu menyusun bukunya Li-huo-lun (Menangkis Kekeliruan)
sebagai apologia bagi agama Buddha.
Pada tahun 147 M seorang bhikṣu dari Asia Tengah bernama Lokaraksha telah menetap di
Loyang, ibukota dinasti Han masa itu. Pada abad ke-2, ke-3, dan ke-4 banyak bhikkhu
dari India pergi ke China dan menyalin berbagai Sūtra dan sastra dalam
bahasa China.
Pada tahun 399 M seorang bhikṣu China bermana Fa Hien, bersama rombongannya yang terdiri
atas 10 orang, melakukan perjalanan ke India melalui jalan darat untuk
mempelajari agama Buddha. Pada tahun 413 M, beliau pulang melalui jalan
laut dan singgah di Sriwijaya (Sumatera) dan Jawa. Beliau menyalin berbagai sūtra.
Catatan beliau mengenai negara-negara Buddhis (Record of Buddhist
countries) terkenal sampai kini.
Dalam masa dua setengah abad,
setelah Bhikṣu Fa-Hien, banyak lagi peziarah yang
terdiri dari bhikṣu-bhikṣu China, berangkat ke India. Tetapi catatan perjalanan mereka
lenyap, kecuali petikan-petikan singkat yang terdapat pada berbagai naskah
kuno. Menjelang awal abad ke-7 M, seorang bhikṣu Cina bernama Huan Tsang melakukan perjalanan lagi ke India
dan catatan perjalanan beliau pada berbagai wilayah barat itu (Record of
Western Regions) merupakan salah satu sumber sejarah sampai kini. Beliau
merasa tidak puas menyaksikan agama Buddha yang dicintainya telah
kehilangan pengaruh di anak benua India.
Buddhisme atau atau dalam bahasa
cina fójiào pertama kali dibawa ke Cina dari India oleh para misionaris dan
pedagang di sepanjang Jalan Sutra yang menghubungkan Cina dengan Eropa pada
akhir Dinasti Han (202 SM - 220 M) .
Pada saat itu, Buddhisme India sudah
lebih dari 500 tahun, tetapi iman tidak mulai berkembang di China sampai
penurunan dari Dinasti Han dan mengakhiri keyakinan ketat Konfusianisme.
Sebelum agama Buddha masuk di Cina,
masyarakat Cina sudah memiliki kepercayaan sendiri, yakni Kong Hu Chu yang
diajarkan oleh Confusius, dan Tao yang diajarkan oleh Lao Tzu. Confusius
mengajarkan tentang “Jen” sebagai azas kesatuan, sedangkan Lao Tzu mengajarkan
tentang “Tao Te Ching”. Agama Buddha mulai berkembang di Cina sekitar abd ke-2
S.M melalui Asia Tengah serta mulai berpengaruh pada masa pemerintahan kaisar
Ming (58-75 M) .
Dalam filsafat Buddha . Ada
orang-orang yang mengikuti Buddhisme Theravada tradisional, yang melibatkan
meditasi yang ketat dan membaca lebih dekat dari ajaran asli Sang Buddha.
Buddhisme Theravada menonjol di Sri Lanka dan sebagian besar Asia Tenggara. Ini
dalah keberhasilan yang luar biasa dalam agama Buddha yang telah mengusik para
pejabat tinggi China dalam banyak hal, karena kelihatanya tidak acuh dengan
keberlangsungan keluarga, menunjukan sedikit kesetiaan kepada negara dan
sepertinya mengorbankan kepercayaan takhayul yang tanpa dasar. Rahib Buddha.
Dengan dasar pengasingan diri, menolak untuk membuat tanda-tanda penghormatan
lahiriyah yang terkenal yang secara umum pada putra langit dan pengiringnya .
Agama Buddha yang memegang di Cina
adalah Mahayana Buddhisme, yang mencakup berbagai bentuk seperti Buddhisme Zen,
Pure Tanah Buddhisme dan Buddhisme Tibet - juga dikenal sebagai Lamaism.
Mahayana Buddhis percaya di banding
yang lebih luas dengan ajaran Buddha dibandingkan dengan pertanyaan filosofis
yang lebih abstrak diajukan dalam Buddhisme Theravada. Buddha Mahayana juga
menerima Buddha kontemporer seperti Amitabha, Buddha Theravada yang tidak.
Buddhisme mampu untuk secara
langsung menjawab konsep penderitaan manusia - yang memiliki daya tarik yang
luas untuk orang Cina yang berurusan dengan kekacauan dan perpecahan negara
berperang bersaing untuk kontrol setelah jatuhnya Han. Banyak etnis minoritas
di China juga mengadopsi ajaran Buddha.
Persaingan dengan Taoisme
Ketika pertama kali diperkenalkan,
Buddhisme menghadapi kompetisi dari pengikut Sementara Taoisme (juga disebut
Taoisme) sama tuanya dengan Buddhisme, Taoisme adalah adat untuk Cina. Taois
tidak memandang hidup sebagai penderitaan. Mereka percaya dalam masyarakat
dipesan dan moralitas ketat, tetapi mereka juga memegang keyakinan mistis yang
kuat seperti transformasi utama, di mana jiwa hidup setelah kematian dan
perjalanan ke dunia yang abadi. Karena dua keyakinan sangat kompetitif, banyak
guru dari kedua sisi dipinjam dari yang lain. Hari ini banyak orang Cina
percaya pada unsur-unsur dari kedua sekolah pemikiran.
Tokoh-tokoh masyarakat mendapati
para biksu lebih dapat didekati dari pada para Taois yang sealu menggerakan
pemberontakan diantara para petani dan yang biara-biaranya didukung oleh para
anggota yang merupakan para pengikut mereka. Sebaliknya kaum Budhisme
bergantung pada donasi dari umat yang kaya, dan karena itu dapat dipercaya
tidak akan mengejar tujuan-tujuan politis untuk kepentingan sendiri yang tidak
diharapkan. Yang terakhir, masyarakat sungguh-sungguh tertarik pada cita-cita
Bodhisattwa yang membuka kemungkinan tertinggi bahkan untuk lapisan masyarakat
rendah, pantheon Buddhis, dengan makhluk leluhur yang penuh kasih sayang
seperti Kuan Yin dan lain-lain . Dapat membangkitkan dorongan dan penghiburan
dan berkat dukungan Buddha dan Sangha, bahkan mereka mengharapkan kehidupan
lebih baik untu berikutnya.
Popularitas Buddhisme, menyebabkan
konversi cepat untuk Buddhisme kemudian oleh penguasa Cina. Sui dan Dinasti
Tang berikutnya semua diadopsi Buddha sebagai agama mereka. Agama ini juga
digunakan oleh penguasa asing dari Cina, seperti Dinasti Yuan dan Manchu, untuk
menghubungkan dengan Cina dan membenarkan kekuasaan mereka. Para Machus
diupayakan untuk menarik paralel antara agama Buddha. agama asing, dan
pemerintahan mereka sendiri sebagai pemimpin asing. Kontemporer Buddhisme:
Meskipun pergeseran China untuk ateisme setelah Komunis menguasai Cina pada
tahun 1949, Buddha terus tumbuh di Cina, terutama setelah reformasi ekonomi
pada tahun 1980an. Saat ini ada diperkirakan pengikut agama Buddha di Cina dan
lebih dari 20.000 kuil Buddha. Ini adalah agama terbesar di Cina. Aliran-aliran
agama Buddha yang berkembang di Cina secara garis besar ada dua paham, yaitu :
1. aliran paham Atta, 2. aliran paham Anatta.
1. Aliran Theravada di Cina
Aliran Theravada pada mulanya
terbagi atas tiga aliran, antara lain : Cheng-shih (Sautrantika), Chu-she
(Vaibhashika), Lu. Ketiga aliran ini tidak berumur lama karena kalah dari
aliran-aliran baru dari mazhab Mahayana .
2. Aliran Mahayana di Cina
Ada beberapa aliran dalam mazhab
Mahayana, antara lain : San-lun, We-shih, Tien-tai, Hua-yen, Chan,
Ching-tu,Chen-yen. Diantara ketujuh aliran tersebut hanya empat yang paling
berpengaruh, yaitu : Tien-tai, Hua-yen, Chan, Ching-tu.
Tokoh-tokoh agama Buddha di Cina.
1. Kumarajiva (Ci-mo-lo-shi)
Kumarajiva berasal dari kashmir.
Tinggal di Cina mulai awal abad ke-5 M dan memimpin lembaga yang bertugas
menterjemah kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Terjemahannya
meliputi 300 jilid buku. Kumarajiva meninggal pada tahun 413 M.
2. Paramartha (Po-lo-mo-tho)
Paramatha berasal dari Ujjain dan
dikirim ke Cina oleh raja Magadha, tahun 548 M tiba di Nanking. Paramatha
meniggal dalam usia 71 tahun pada tahun 568 M. Meninggalkan karya terjemahan
sebanyak 70 judul kitab agama Buddha.
Jalur utara banyakan dari mazhab
Mahayana karena mazhab Hinayana (Theravada) kurang dapat di terima karena hidup
dengan empat musim dengan tuntutan vinaya(aturan) yang ketat dan harus
meninggalkan kehidupan duniawi berat karena masyarakat akan kehilangan banyak
tenaga produktif. Meski demikian awal perkembangannya banyak menemui kesulitan,
penyebabnya antara lain anjuran untuk menjadi Bhiksu bertentangan dengan anak
laki2 harus bertanggung jawab dan berbakti pada oragn tua dan leluhur. tapi fleksibilitas
mazhab Mahayana terhadap tradisi dan budaya tanpa menghilangkan inti ajaran
Buddha membuat masyarakat Cina secara luas dapat menerimanya. Sementara itu
aliran-aliran baru dari India terus masuk ke Cina. dan berpengaruh besar
terhadap Ajaran Buddha Sakyamuni. Kedudukan sentral Buddha Sakyamuni
tergantikan dengan Buddha-Buddha lain yang dibabarkan oleh Sakyamuni sebelumnya
yaitu : Buddha Amitabha dan Buddha Mahavairocana. Padahal keberadaan Buddha2
tersebut sebenarnya dibabarkan untuk mematahkan pandangan "hanya satu
Buddha" Akibat kekeliruan ini, Agama Buddha di Cina bercampur-aduk dengan
ajaran di luar Buddha sehingga menemui keruntuhannya. Dengan demikian Agama
Buddha berangsur-angsur mengalami sinkretisme dengan filsafat tradisional Cina
yaitu Konfucianisme dan Taoisme.
BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan agama Buddha tidak bisa
lepas dari usaha-usaha Dharmaduta-Dharmaduta yang berjuang keras dalam
mengembangkan agama Buddha. Raja Asoka termasuk salah satu raja yang aktif
dalam mengembangkan agama Buddha dengan mengirimkan Dharmadutanya ke berbagai
penjuru dunia. Dalam perkembangannya agama Buddha menjumpai tidak sedikit
halangan termasuk dari berbagai agama bahkan dari aliran-aliran agama Buddha
sendiri demi untuk kepentingan mereka pribadi.
Agama Buddha mengalami kemunduran di
India yang merupakan tempat lahirnya Agama Buddha, dikarenakan mulai kembalinya
pengaruh dari agama Brahma dan terpecahnya agama Buddha menjadi beberapa aliran
atau sekte yang saling mempertahankan pendapatnya dan kitab yang digunakannya.
Saat ini agama Buddha mulai menggema kembali di dunia, terutama di barat dimana
orang-orang barat ingin mencari hal-hal yang bersifat spiritual yang di dunia barat
sendiri sulit untuk mendapatkannya. Sehingga mereka mencarinya ke daerah timur
(asia) yang sejak dulu terkenal dengan pusat-pusat spiritualnya dan tokoh-tokoh
agamanya. Dalam perkembangan agama buddha didunia sekarang ini sangat prsat
sekali dibanding zaman yang dulu terutama dibelahan bumi bagian barat (Amerika
dan eropa). Orang-orang dibarat saat ini lebih menyukai spritual dan filsafat
orang-orang timur, dimana terjadi kebalikanya oarang timur lebih menyukai
hal-hal yeng bersifat modern dan kapitalis yang dimiliki orang barat
DAFTAR PUSTAKA
- Conze,Edward,Sejarah Singkat Agama Buddha,Karaniya, Jakarta, 2010.cet. I
- Memahami buddhayana, Bandung. 1995. cet. 50
- Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, PT. Citra Mandala Pratama, Jakarta. 2004. cet :11
- Tanggok, M. Ikhsan, Agama Buddha. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet. 1
- Wahyono Mulyadi. 1995. Sejarah perkembangan Agama Buddha. Jakarta: Dirijen Bimas Hindu Buddha
- Abdul manaf, Mujahid, Sejarah Agama Agama, Jakarta : PT.raja Grafindo Persada, 1996
- Salaby, Ahmad, Agama Besar Di India, Jakarta : Bumi Aksara, 1998.
by. Ahmad Khoirul Fatihin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar