Filsafat
India dilatar belakangi oleh kedatangan Bangsa Arya yang membawa
kebudayaan dan peradaban di India sekitar tahun 1750 SM. Bangsa Arya
datang dengan membawa sebuah kitab yang disebut dengan Rgveda, berisikan
tentang lagu-lagu pujian bagi kebesaran alam dan juga merupakan susunan
dari sanjak-sanjak Veda. Bangsa Arya juga datang dengan melakukan
penjajahan dengan kata yang kasar. Akan tetapi, bangsa berkulit hitam
(bangsa setempat yang disebut Dasyus) mengalami kekalahan karena Bangsa
Arya menganggap tidak berbudaya pada Bangsa berkulit hitam. Bangsa Arya
terlihat dengan memiliki kebudayaan yang tinggi dan berkembang dan sudah
seperti masyakat kota. Para cendekiawan di sini adalah membedakan mana
aliran kebudayaan dan peradaban yang berasal dari Bangsa arya, pada
tahun berikutnya kedua kebudayaan menyatu menjadi datu penampilan; yaitu
dalam naskah-naskah pasca-veda, yang dimulai dengan Upanisad.
Kebudayaan
pertapaan semakin tertinggal setelah bangsa Arya masuk, karena tradisi
bangsa Arya bersifat keduniawian. Sejarah filsafat India mungkin dapat
digambarkan sebagai kisah persaingan antara dua tradisi yang saling coba
mendahului untuk mencapai supremasi yang paling tinggi.
Dari
evolusi yang terjadi juga munculah suatu tradisi korbanan, yang dimana
ada hewan yang dijadikan korban agar para dewa tidak marah. Sebelum
melakukan korban, diadakan suatu lagu-lagu pujian yang dilakukan oleh
para Brahmana, yang kemudian para brahmana dianggap sebagai manusia
setengah dewa karena selalu berhadapan langsung dengan para dewa.
B. Pembahasan
Dari
berbagai macam evolusi yang terjadi kemudian munculah berbagai
aliran-aliran yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut;
1. Brahmanisme
Brahmanisme
mengajarkan tentang konsep diri(atman) yang berasal dari brahman,
brahman yang dianggap sebagai pusat atau sumber yang ada dialam semesta
yang menciptakan sumber kehidupan dengan memecirkan unsur-unsur
kehidupan, berupa atman, prapekerti, dan purusa. Selanjutnya muncul
kasta atau selanjutnya muncul kasta atau kedudukan seorang didasarkan
kelahiran dari tubuh brahman dan kemudian berdasarkan keturunan. Karena
mengalami transformasi pandangan, selanjutnya brahmanisme lebih
menekankan pada pemahaman tentang atman yang kemudian disucikan dengan
cara bertapa.
Pandangan
buddhisme didalam Brahmajala sutta, berpendapat bahwa paham brahmanisme
adalah pandangan salah, pandangan semi-eternelis. Budhisme berpendapat
bahwa segala sesuatu muncul karena adanya proses yang tak diketahui
awalnya, sesuai hukum sebab akibat. Menanggapi paham kasta, dialam esukari sutta, bahwa yang mempengaruhi kedudukan seorang adalah praktek dhamma yang dilakukannya.
2. Materialisme
Materialisme
disebut juga sebagai kaum carvaka lokayatika, atau brahaspatya, yaitu
paham yang mengajarkan bahwa persepsi indria merupakan satu-satunya
sumber pengetahuan yang masih sehingga mereka beranggapan dunia nyata
sebagai satu-satunya realitas, sedangkan kesadaran tidak nyata karena
bukan merupakan obyek dari lima indria. Materialisme juga menyangkal
akan adanya kehidupan setelah mati, dengan kata lain hidup nyata sekali,
tidak ialismeada sebab. Budhisme berpendapat kaum materialisme sebagai
ajaran yang ekstrim, karena mengajarkan pemuasan nafsu indria, karena
mereka beranggapan tidak ada kelahiran kembali, maupun hukum sebab
akibat. Pandangan Buddhisme sesuai brahmajala sutta, bahwa kaum berpandangan salah dengan berkeyakinan segala sesuatu muncul secara kebetulan dan paham anihilisme.
3. Ajivikisme
Ajivikisme
mengajarkan bahwa kehidupan akan berakhir dengan satu titik yang sudah
ditetapkan atau takdir. Sehingga kehidupan tidak dapat diperbaiki atau
diperburuk karena akhirnya sudah ditentukan. Kehidupan ini diberikan
seperti bola benang yang apabila dilepas akan terlepas sepanjang benang
tersebut. Salah satu pemimpinnya adalah Makkhati gosala.
Buddhisme
berpendapat sesuai hukum kamma dan saat sekarang akan berubah dimasa
yang akan datang. Hal itu bukan berarti bahwa buah dari tindakan tidak
dapat dirubah. Kehidupan akan terus berlanjut selama seseorang masih
diliputi oleh lobha, dosa, moha, sehingga tidak ada batasan, waktu
tentang akhir kehidupan.
4. Jainisme
Kaum
Jainisme tergolong kedalam tradisi pertapa akan tetapi jenis pertapaan
yang dilakukan dibawa kearah yang ekstrim yaitu dengan menyiksa diri.
Menurut kaum Jainisme, seseorang bertanggung jawab atas tingkah laku
atau perbuatannya, tetapi setelah sesuatu yang dilakukan, ia menjadi
sesuatu yang diluar dirinya, karena ia tidak mampu, dalam segala
keadaan, mencegah akibat-akibat dari perbuatan. Balam arti lain,
seseorang menjadi sasaran dari perbuatannya sendiri. kaum Jainisme
berusaha menghapus akibat-akibat perbuatan yang telah dilakukan dengan
latihan yang keras dan mencoba untuk mencegah bertumpuknya karma pada
masa yang akan datang dengan tanpa-kegiatan.
Pada
kenyataannya agama Buddha mengacu pada hal penyiksaan diri sebagai hal
yang menekankan pada empat pengendalian diri. Akan tetapi, Agama Buddha
tidak setuju dengan cara bertapa yang dilakukan oleh kaun Jainisme yang
melakukan pertapaan dengan menyiksa diri. Sang Buddha mengajarkan untuk
mengambil jalan tengan. Yaitu bertapa dengan tidak melakukan penyiksaan
diri. Sebab, penyiksaan diri hanya akan menimbulkan hal yang sia-sia.
sumber: http://www.sejarah filsafat pra-Buddha di Indiablogger.com/blogger.g?blogID
sumber: http://www.sejarah filsafat pra-Buddha di Indiablogger.com/blogger.g?blogID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar