Rabu, 23 Mei 2012

PANDANGAN BUDDHISME, MENGENAI PENGOBATAN, DAN ETIKA





Di saat sekarang ini banyak sekali penyakit dengan mudah dapat menyerang siapa saja, tidak memandang usia muda atau tua, dan tidak memandang jenis kelamin pula. Semua orang beranggapan bahwa rasa sakit hanya dapat disembuhkan apabila rasa sakit tersebut dapat terlihat, hanya sakit fisik atau jasmani yang ada obatnya dan dapat disembuhkan. Dalam buddhisme rasa sakit tidak hanya disebabkan karena sakit fisik saja tetapi sakit batin atau mental. Yang mana rasa sakit tersebut dapat disembuhkan dengan cara pengobatan. Dalam suatu pengobatan sering dipertanyakan etika-etika yang berlaku didalam pengobatan yang terjadi. Misalnya: pengobatan dilakukan dengan cara yang baik atau menggunakan cara yang buruk dan dilakukan dengan cara yang wajar. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai buddhisme, pengobatan, dan etika.
Pembahasan:
Buddhisme adalah ajaran yang dikembangkan oleh siddharta Gautama yang  mengajarkan bahwa kesengsaraan adalah bagian kehidupan yang tidak dapat terpisahkan dan orang dapat membebaskan diri dari kesengsaraan dengan mensucikan mental dan moral dari diri pribadi (KBBI, 2008: 226).
Pengobantan adalah proses, cara, perbuatan mengobati (KBBI, 2008: 1013).
Etika berarti ilmu tentang apa yang baik atau buruk, dan tentang hak serta kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, asas perilaku yang menjadi pedoman (KBBI 2008: 399)
Buddhisme, pengobatan, dan etika adalah cara atau proses mengobati rasa sakit baik fisik maupun batin, dengan menggunakan etika-etika yang pernah diajarkan oleh sang Buddha.
Buddhisme, pengobatan, dan etika
       I.            Buddhisme dan pengobatan
Pengobatan dalam buddhisme terdiri dari dua yaitu pengobatan yang diberikan untuk batin atau mental (pengobatan batin) dan pengobatan yang diberikan untuk fisik (pengobatan jasmani atau fisik). Dalam buddhisme, Buddha adalah dokter terhebat karena Buddha mengobati penyakit secara menyeluruh. Buddha tidak hanya mengobati penyakit fisik tetapi juga menyembuhkan kita secara mental dan spiritual.
Dalam buddhisme, pembahasan mengenai pengobatan mental atau batin dijelaskan lebih rinci dalam pembahasan “empat kebenaran mulia”. Dengan mengetahui bahwa itu penderitaan, sebab, penderitaan dapat diakhiri, dan jalan mengakhiri penderitaan tersebut maka kita akan terbebas dari penyakit. Pengobatan batin dalam buddhisme dilakukan dengan cara melakukan Hasta Arya Magga. Seperti yang disabdakan sang Buddha kepada para bhikkhu dalam virecana sutta, Buddha menunjukkan kepada para bhikkhu obat mulia yang selalu sukses dan tidak akan gagal.
Pengobatan fisik bisa dilakukan dengan cara atau proses yang medis, dengan bantuan dokter. Pada zaman sang Buddha gotama pengobatan sudah diperkenankan atau dianjurkan bagi para bhikkhu maupun bhikkhuni. Dalam vinaya pitaka terdapat peraturan-peraturan untuk bhikkhu yang akan menjalani operasi dan pemakaian obat-obatan yang dianjurkan oleh sang Buddha. Pengobatan pada zaman sang Buddha menggunakan pengobatan-pengobatan yang bersifat alami yaitu dari tanaman herbal dan terapi. Akan tetapi sesuai dengan perkembangannya pengobatan fisik terutama bagian-bagian organ dalam seperti, sakit jantung, ginjal, paru-paru dan lain sebagainya sudah tidak menggunakan tanaman-tanaman herbal lagi melainkan sudah menggunakan alat-alat medis yang lebih lengkap dan canggih.
Selain pengobatan, dalam buddhisme juga diajarkan atau ditunjukkan cara bagi semua makhluk untuk terbebas dari rasa sakit atau sering disebut dengan pencegahan terhadap rasa sakit yaitu dengan melaksanakan Hasta Arya Magga. Jadi Hasta Arya Magga selain sebagai pengobatan juga bisa digunakan sebagai pencegahan penyakit.
    II.            Buddhisme dan Etika
Etika dalam buddhisme yang dimaksudkan adalah sistem nilai mengenai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi suatu kelompok orang dalam mengatur tingkah laku (Krishnanda Wijaya, 2003:176). Etika dalam buddhisme bukan merupakan suatu daftar atau nilai mati tentang apa yang boleh dan tidak boleh. Etika dalam buddhisme memiliki nilai-nilai yang dilakukan oleh manusia, tetapi tidak semua yang harus dilakukan adalah persoalan etika. Etika dalam buddhisme memiliki makna yang sangat lebih dibandingkan dengan makna sesuatu yaitu makna kehidupan kita sebagai manusia.
Etika yang baik dalam buddhisme dapat digunakan sebagai patokan atau dasar bagi manusia atau seseorang untuk melakukan atau melaksanakan dengan baik “jalan mulia berunsur delapan”. Etika memiliki pengaruh yang sangat besar bagi seseorang dalam melakukan pengobatan maupun pencegahan. Dengan etika yang baik, maka seseorang dapat melaksanakan “jalan mulia berunsur delapan” dengan sungguh-sungguh sehingga seseorang dapat menjalani pengobatan batin mereka dan seseorang dapat mencegah timbulnya penyakit batin atau mental. Akan tetapi apabila mereka tidak memliki etika yang baik, sulit bagi mereka untuk melaksanakan “jalan mulia berunsur delapan” dengan baik pula.
Penutup
Pengobatan terdiri dari dua yaitu pengobatan batin dan pengobatan fisik. Dalam buddhisme pengobatan batin dilakukan dengan cara menjalankan “Hasta Arya Magga” atau “Jalan Mulia Berunsur Delapan”. Selain sebagai pengobatan “Hasta Arya Magga” juga bisa digunakan sebagai pencegah munculnya penyakit baru khususnya penyakit mental atau batin. Sedangkan penyakit fisik dilakukan dengan bantuan dokter yaitu secara medis. Etika sangat berpengaruh terhadap pengobatan yang sedang dilakukan. Etika yang baik akan dengan mudah menerima pengobatan dan dapat dijalankan dengan sungguh-sungguh, sedangkan etika yang buruk akan memperlambat seseorang dalam melakukan pengobatan terutama pengobatan batin dan mental.

Sumber:http://www.PANDANGAN BUDDHISME, MENGENAI PENGOBATAN.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar