Minggu, 13 Mei 2012

AGAMA BUDDHA DI KOREA DAN JEPANG

Sejarah Korea
 
Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang . Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan zamanneolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun 2333 SM [2]. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak wilayah kerajaan.
Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai mendominasi Semenanjung Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang terkuat, terutama Goguryeo, yang selalu dapat menangkis serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Kerajaan Silla perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo. Untuk pertama kalinyaSemenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea, yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya,Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Selama masa pemerintahan Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan masyarakat dibentuk, serta penyebaran agama Buddha berkembang pesat. Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tapi berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan abjadHangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-anDinasti Joseon kembali menderita serangan dari (Dinasti Qing).

1) GOGURYEO

GoguryeoGoguryeo dibangun oleh Jumong pada tahun 37 SM. Kelak namanya menjadi Deomyeonseong of Goguryeo. kerajaan ini berdiri dengan bersatunya 5 suku Jeolbon.  Jumong menikahi anak pemimpin Jeolbon, So Suh No. Ye soya (istri pertama Jumong) bersama yuri anak jumong kembali ke Goguryeo dari Buyeo. So Suh No yang mengkhawatirkan kesempatan anaknya untuk menjadi raja akhirnya mengalah dan pergi ke wilayah Korea Selatan dan mendirikan kerajaan Baekje. Tahun 19 SM  Jumong meninggal di usia 40 tahun.Goguryeo mengalami banyak perang dan akhirnya menang melawan dinasti Tang. Namun perlahan-lahan kerajaan ini meredup dan tunduk di bawah Dinasti Shilla yang mendapat bantuan Dinasti Tang China pada tahun 668 M. (Serial Saeguk: JUMONG)

2) BAEKJE

Baekjedidirikan oleh Raja Onjo (anak So Suh No) anak ketiga dari Jumong dan So suh no pada tahun 18 SM. Baekje bersama Goguryeo dan Shilla menjadi tiga kerjaan yang terkuat di daratan Korea. Sayangnya tahun 660 SM, Baekje pun takluk di bawah Shilla. (next drama on production: Onju and Biryu, MBC 2011)

3) SHILLA

Silla/ShillaKerajaan Silla berdiri karena bergabungnya beberapa suku yang tergabung dalam Jinhan Confederacy tahun 57 SM. Di Shilla pengaruh China tidaklah sebesar Goguryeo dan Baekje. Tahun ke-2 M, perkembangan Shilla semakin kuat setelah berhasil menaklukkan Kerajaan kecil Gaya. tahun 660 M, bersama panglima terkenal Kim Yu Shin, Shilla berhasil menaklukkan dua kerajaan besar saingannya.( Serial saeguk: The Great Queen seon Deok).

Kerajaan Shilla bersatu

di bekas wilayah kerajaan Goguryeo, dinasti Tang China mendirikan sebuah komunitas, begitu pula di Baekje. Akhirnya Shilla melumpuhkan Dinasti Tang dan mengusir mereka. Shilla diserang kembali oleh Dinasti Tang tapi Shilla berhasil mengalahkan prajurit dinasti Tang dan meresmikan berdirinya dinasti Shilla bersatu. Kejayaan Shilla pelan-pelan runtuh tahun 780. Dua ratus enam puluh tujuh tahun kemudian kerajaan Shilla bersatu pun benar-benar runtuh. (film the Restless mengambil setting menjelang keruntuhan dinasti Shilla bersatu. 


4) BALHAE

Balhae didirikan 30 tahun setelah Goguryeo runtuh dan didirikan oleh mantan jenderal Goguryeo Dae Jo Yeong. Kerajaan ini menempati wilayah Korea Utara. kerajaan ini akhirnya tunduk pada dinasti China Khitan Liao pada tahun 926 M.

5) GORYEO

adalah kerajaan yang menggantikan kekuasaan Shilla di bumi Korea tahun 936 M. Goryeo sendiri berasal dari kependekan dari nama goguryeo dan nama inggris dari Korea. Dinasti Goryeo ini berhasil mengkodifikasi hukum dan layanan masyarakat. Kerajaan ini berhasil bertahan hingga tahun 1392 setelah dikudeta oleh Taejo Joseon yang mendirikan Dinasti Joseon. 

6) DINASTI JOSEON

Adalah dinasti terlama dan terakhir dari Korea. Tahun 1392 setelah Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai didirikan oleh Jenderal Yi Seong-gye, yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan kerajaan ini sebagai Joseon untuk memberikan penghormatan terhadapGojoseon, yang merupakan kerajaan pertama bangsa Korea. Yi seong gye memindahkan ibukota ke Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta mengesahkan Konfusianisme sebagai agama negara, yang akhirnya membuat para pendeta Buddha kehilangan kekayaan dan kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul tahun 1443 oleh Raja Sejong. Dinasti Joseon adalah dinasti yang memiliki usia pemerintahan terpanjang di Asia Timur dalam milenium terakhir.

Dalam abad ke 19, Korea mencoba mengontrol pengaruh asing dengan menutup semua perbatasannya untuk semua negara kecuali dengan Cina. Tahun 1853 sebuah kapal perang Amerika Serikat, USS South America, berlabuh di Busan selama 10 hari dan mengadakan kontak dengan pejabat-pejabat Korea. Beberapa orang Amerika pernah terdampar di Korea karena kapal mereka tenggelam pada tahun 1855 dan 1865, namun mendapat perlakuan yang baik dari orang Korea dan mereka dipulangkan ke negara asal lewat Cina. Walau demikian Choson tetap waspada terhadap pihak-pihak asing dan juga tetangga mereka, Dinasti Qing.

Invasi Perancis ini terjadi karena pihak Kerajaan yang melakukan pembantaian terhadap misionaris Katolik dari Perancis serta warga Korea yang masuk Kristen. Kejadian ini membuat pasukan Perancis melancarkan serangan pada musim gugur tahun 1866. Peperangan terjadi di Pulau Ganghwa di lepas pantai Incheon dan tentara Korea berhasil dikalahkan oleh pasukan Perancis yang memakai persenjataan modern.

*Pada tahun 1866, Jenderal Sherman (Amerika Serikat) melakukan penculikan, pembunuhan dan perampokan terhadap warga pesisir pantai Korea.
*Pada tahun 1871, militer Amerika Serikat kembali melancarkan serangan terhadap Korea dan menewaskan 350 orang. Peristiwa ini disebut Sinmiyangyo
Tahun 1894-1895 Jepang memenangkan perang dengan Dinasti Qing pada Perang Sino Jepang yang membuat Jepang memaksa Korea membuka pelabuhannya pada tahun 1876.
Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang.

Pada tahun 1897, Dinasti Joseon beralih menjadi Kekaisaran Han Raya dengan Kaisar Gojong sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 25 Juli 1905 secara efektif Korea sudah berada dalam wilayah prektorat Jepang dengan paksaan tanpa adanya perjanjian dan persetujuan dari Raja Gojong.ada tahun 1910 Jepang secara efektif menduduki Korea dalam Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea. Perjanjian ini dipakai oleh Jepang tanpa menghiraukan kemarahan rakyat Korea yang tidak menyetujui perjanjian yang tidak disahkan oleh Raja Gojong tersebut.

Korea diduduki Jepang dengan bentuk kepemimpinan Gubernur Jenderal Korea sampai tahun 1945 ketika Jepang menyerah kepada tentara sekutu.Jaringan transportasi dan komunikasi dibangun di seluruh wilayah negeri oleh pemerintahan kolonial Jepang dan mengarah pada eksploitasi rakyat Korea. Hanya sedikit manfaat yang didapat rakyat Korea dari modernisasi ini, karena semua fasilitas hanya dibuat untuk melancarkan kepentingan dan perdagangan Jepang. Beberapa kejahatan penjajahan Jepang atas Korea:

Meruntuhkan Gyeongbokgung
Mengenakan pajak tinggi terhadap hasil pertanian serta mengekspornya ke Jepang yang menyebabkan bencana kelaparan bagi rakyat Korea.
Menyiksa dan membunuh warga yang menolak membayar pajakKerja paksa membangun jalan
dan pertambanganPerbudakan seks terhadap wanita Korea.
Mengirimkan pekerja ke teritori Jepang lain untuk kerja paksa

Spekulasi wafatnya Raja Gojong bulan Januari 1919 karena diracuni oleh mata-mata Jepang membuat rakyat melakukan aksi protes secara damai di seluruh negeri pada tanggal 1 Maret 1919, peristiwa ini disebutPergerakan 1 Maret. Dalam peristiwa ini tentara dan polisi Jepang membunuh hampir 7000 orang Korea.Setidaknya 2 juta orang ikut ambil bagian dalam pergerakan ini (Jepang mengklaim kurang dari 500 ribu orang).

Banyak warga Kristen Korea juga terbunuh oleh tentara Jepang, termasuk sebuah desa bernamaJeamri yang seluruh penduduknya dibinasakan oleh Jepang karena mendukung perjuangan kemerdekaan. Pergerakan 1 Maret ini telah menginspirasi pidato Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson yang mendeklarasikan kebebasan hak asasi manusia.Pemerintahan Provisional Republik Korea diresmikan di Shanghai, Cina setelah terjadinya Pergerakan 1 Maret untuk memperjuangkan kemerdekaan Korea.

Pemerintahan provisional dianggap sebagai pemerintahan de jure dari rakyat Korea dari tahun 1919 sampai 1948.Sentimen anti Jepang di Korea terus mencuat, seperti pada peristiwa protes mahasiswa di seluruh Korea pada bulan November 1929 yang membuat pengetatan peraturan militer tahun 1931. Kurikulum sekolah dimodifikasi untuk menghilangkan pengajaran dalam bahasa Korea. Sekolah juga dilarang untuk mengajarkan murid-muridnya mengenai sejarah Korea. Orang Korea dipaksa untuk mengadopsi nama orang Jepang.Dalam perang dunia ke II, banyak pula warga Korea yang dipaksa untuk menyokong usaha perang tentara Jepang.



AGAMA BUDDHA DI KOREA
Sebelum kedatangan agama Buddha, agama primitive di Korea menganggap langit sebagai tuhan yang paling agung, yakni sesuatu yang melebihi segala hal.selain itu, Shamanisme juga berakar mendalam bagi warga Korea sebagai kepercayaan rakyat. Dengan demikian, warga Korea pada masa itu mendatangi peramal atau dukun untuk menghilangkan nasib buruk dan ketika berhadapan  pilihan saat menghadapi pilihan-pilihan yang penting.
  1. Sejarah Dan Masa Perkembangan Buddha Di Korea
Agama Buddha diperkenalkan di Korea pada Tahun 372 M pada periode pemerintahan kerajaan Geguryeo oleh seorang biarawan bernama Sundo yang berasal dari dinasti Qian Qin di China. Pada tahun 384 biarawan malanda membawa agama Buddha ke Baekje dari Negara bagian timur Jin di china.  Pada Masa kerajaan sila agama Buddha disebarkan Oleh Bikhu Ado dari Goguryeo pada Pertengahan abad ke 5
Karena sesuai sebagai alat spiritual demi menciptakan struktur pemerintahan berdasarkan Buddha, agama Buddha mendapat dukungan penuh dari penguasa tiga kerajaan seperti raja yang berfungsi sebagai symbol kekuasaan yang diagungkan
Peranan Korea pada sejarah agama Budda terletak pada kedudukannya sebagai jembatan penyebrangan agama Buddha dari China ke Jepang. Meskipun agama Buddha diteriama oleh kerajaan- kerajaan di berbagai tempat, namun sejarah tidak mencatat kemajuan yang di bawa dari ajaran Buddha.
Sampai abad ke enam, para biarawan dan pengrajin bermigrasi ke Jepang dengan membawa kitab-kitab suci dan artefak untuk membentuk dasar bagi terciptanya kebudayaan Buddha di sana.

Masa keemasan agama Buddha di Korea terjadi ketika Dinasti Wang , yakni pada abad ke 11. Di bawah perlindungan kerajaan, banyak kuil dan biarav dibangun dan jumlah pemeluk agama Buddha meningkat secara tetap.



AGAMA BUDDHA DI JEPANG
  1. Agama Jepang pra masuknya Agama Buddha
Sebenarnya, sebelum  agama  konfusius dan Buddha memasuki Jepang, pada saat itu keadaan agama Jepang masih berupa kumpulan-kumpulan kepercayaan tanpa nama dari berbagai pemujaan alam, arwah nenek moyang, dan shamanisme. Dengan kata lain, kepercayaan masyarakat Jepang pada masa itu belum terorganisir.
              Gambaran kehidupan sosial masyarakat Jepang tercermin dari istilah matsurigoto, yang berarti pemerintahan atau upacara keagamaan. Pada waktu itu sulit untuk memisahkan antara gejala alam dan sistem kepercayaan. Karena, semua gejala alam dianggap mempunyai sifat anaimis dan setiap benda dianggap mempunyai roh (spirit). Tiap-tiap suku mempunyai dewa tersendiri yang kadang-kadang dianggap sebagai nenek moyangnya. Kepala sukupun tidak saja bertindak sebagai pimpinan politik tapi juga bertindak sebagai pendeta yang tertinggi.
Sebelum agama Buddha Menyebar di Jepang, terlebih dahulu seorang kaisar Jepang yang pertama dan sebagai kepala suku yamato yang pertama yaitu  Jimu Teno, sepakat untuk memeluk agama Shinto, yang pada saat itu merupakan agama baru dimasa itu.simbol-simbol tradisional kekuasaan suku Yamato terdiri dari tiga macam benda yaitu : cermin, permata, dan pedang.  Ketiga symbol tersebut menjadi symbol kekuasaan yang diberikan oleh Amaterasu kepada cucunya, yaitu Ninigi No Mikoto. Benda-benda tersebut melambangkan matahari, bulan, dan kilat.
  Ketika Jepang yang pada saat itu sudah membentuk menjadi Negara, bermaksud untuk membentuk sebuah persekutuan dengan Korea.Antara abad ketiga dank enam, Jepang mulai menerima berbagai pengaruh dari luar melalui hubungan dengan Korea. Sekitar tahun 405 M, seorang sarjana Korea bernama Wani. Memperkenalkan ajaran dan etika agama konfusius. Berbagai paham dualism tao juga dimasukan ke Jepang. Tapi, semua unsur luar yang masuk  tidak satupun yang mengatasnamakan agama.
  1. A.    Awal masuknya Agama Buddha ke Jepang
Dalam buku M.Ihsan Tanggok di jelaskan bahwa agama Buddha masuk ke Jepang pada tahun 853 M atau abad ke-4 M. tepatnya ketika kerajaan Korea mengirimkan delegasi kepada kaisar Kimmeo Teno di Jepang. Disamping membawa hadiah, delegasi tersebut juga meminta agar kaisar dan rakyatnya memeluk agama Buddha
Agama Buddha yang dalam bahasa Jepangnya disebut Bukkyo (Butsu : Buddha, Kyo : ajaran) dipercaya mulai masuk ke Jepang lewat kerajaan Baekje di Korea sekitar tahun 538. Beberapa tahun kemudian berbagai buku dan literatur tentang Buddhism juga mulai masuk lewat negara China pada masa dynasty Sui. 40 tahun kemudian Kaisar Jepang saat itu yaitu Pangeran Shotoku (A.D. 574?621) meresmikan Buddha sebagai agama resmi negara. Sebagai agama baru tentu saja tidak lepas dari penolakan dan juga tekanan.
Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga (534 - 1582), agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul banyak pemberotakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
Pada masa Periode Meiji (1868-1912) pemerintah menetapkan Shito sebagai agama resmi negara sehingga secara tidak langsung menempatkan agama Buddha dalam posisi yang berseberangan. Pada masa itu banyak kuil Buddha yang ditutup dan pemerintah memaksa para rahib untuk berkeluarga. Sejak itu sampai sekarang banyak kuil yang beralih status menjadi Kuil Keluarga yaitu kuil yang pengelolaanya dilakukan secara perorangan dan wariskan secara turun temurun dari bapak ke anaknya.


Dikalangan para pemimpin dan rakyat Jepang, pro kontra terhadap masuknya agama Buddha ini muncul, mereka yang kontra jika kaisar memeluk agama tersebut khawatir jika hal itu akan menimbulkan kemurkaan dari para dewa. Sedangkan mereka yang setuju karena mereka merasa tertarik dengan kelebihan agama baru dibandingkan dengan agama bangsa sendiri. Perbedaan ini menimbulkan konflik yang berkepanjangan, yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak libreral atau mereka yang setuju akan adanya agama Buddha. Suku toga menerima agama ini, sedangkan suku suku-suku lainnya menolak karena dianggap menghina kepercayaan terutama pada dewa mereka.
Tokoh utama dalam penyebaran agama Buddha di Jepang adalah Pangeran ShotokuTaishi (547-621 M). yang selanjutnya menetapkan Agama Buddha sebagai agama Negara, dan menerjemaahkan kitab suci Sadharma pindaruka, Vimalakirti, dan srinalasutera  yang sangat berpengaruh dalam pembentukan filsafat Buddhis di Jepang.
Shotuku merupakan pribumi Jepang yang pertama yang bersungguh-sungguh dalam memahami ajaran pemikiran agama Buddha  dan memelu agam tersebut dengan penuh keyakinan. Unsure terpenting ang dibawa agama Buddha ke Jepang adalah Prinsip transeden dan pembelakangan dunia karena itu pangeran Shotuku berpendapat bahwa “dunia adalah palsu”  Kebenaran hanyalah milik Buddha sendiri. Kemudian dia juga membuat Undang-undang 17 pasal,  yang dasar utamanya adalah pengajaran agama Buddha. Diantara 17 pasal tersebut ada pasal-pasal yang menunjuk pada  pada moral diantaranya pasal ke 2 pangeran Shotuku menyebutkan “menghormati dengan tulus dan ikhlas terhadap tiga hal yang utama yaitu, Buddha, undang-undang, dan tempat peribadatan. Karena ini semua objek kepercayaan di seluruh negeri
Pada jaman pangeran Shotoku berkuasa, agama Buddha menguasai menguasai kehidupan agama dikalangan istana, dan pada tahun 604 M. sudah menjadi agama Negara. Pada tahun 607 M. di horyuji didirikan kelenteng agama Buddha yang pertama di Jepang, yang kemudian menjadi tempat studi umat Buddha.

Perkembangan Agama Budha pada Jaman Asuka dan Jaman Nara

            Perkembangan agama Budha pada jaman Asuka dan Jaman Nara  dapat pula disebut dengan babak awal kedatangan dan perkembangan Agama Budha di Jepang. Pada masa – masa awal penjajakan Agama Budha di Jepang yaitu dengan penyesuaian dan adaptasi terhadap kepercayaan asli rakyat Jepang, yaitu Shinto. Para biksu penyebar agama Budha tetap melaksanakan ritual – ritual pemujaan nenek moyang milik ajaran Shinto. Dengan begini agama Budha dapat terus berjalan dan berkembang tanpa mempengaruhi ajaran Shinto.
            Pada awal masuknya agama Budha di Jepang di jaman Asuka, banyak penolakan yang terjadi. Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga, agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul banyak pemberontakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
            Akan tetapi pada jaman Nara, kepercayaan Budha semakin berkembang. Penerapan ajaran agama Buddha dari China oleh Jepang berdasarkan latar belakang karakter kebudayaan China, di mana agama Buddha diterima oleh keluarga kaum bangsawan. Kaum bangsawan di Jepang pada waktu itu adalah kaum intelektual yang biasanya di Jepang juga para Damyo, kerabat kerajaan dan bangsawan – bangsawan lainnya. Begitu kaum bangsawan menerima agama Buddha, maka penyebarannya ke seluruh negeri berlangsung dengan cepat.
            Pada jaman Nara terdapat enam sekte agama Budha cukup terkenal dan memiliki cukup banyak pengikut. Kesemua sekte ini berasal dari Tiongkok dan penyebarannya melalui beberapa negara – negara. Enam sekte tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Sekte Kegon, yang dalam bahasa Tiongkok adalah Hua-yen mengambil dari aliran Avatamsaka. Mempunyai pandangan dan kepercayaan bahwa semua yang ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang terwujud di dalam tubuh Buddha.
  2. Sekte Ritsu, merupakan pengembangan dari aliran Vinaya. Lebih ditekankan pada disiplin (vinaya) serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang ideal yang diperkenalkan adalah apa yang diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya pada peranan umat seperti penjelasan dalam Vimalakitri Sutra. 
  3. Sekte Kusha , yaitu aliran Abidharmakosha
  4. Sekte Shanron, mengambil dari aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika
  5. Sekte Hosso , mengambil dari aliran Dharmalaksana mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak bisa diselamatkan.
  6. Sekte Jojitsu,  menganut aliran Satyasiddhi-sastra
            Pada periode Nara para pengikut dari sekte – sekte tersebut masih dalam kalangan Bangsawan dan petinggi – petinggi Damyo. Hal tersebut dikarenakan  ritualnya yang masih rumit, perlu pengetahuan yang mendalam untuk mempelajarinya dan teks-teks ajaran Buddhanya yang pada saat itu masih menggunakan dengan huruf  Kanbun yaitu huruf – huruf Cina kuno.
                Selama periode Nara banyak biara yang dibangun, bangunan-bangunan sakral tersebut mengikuti Arsitektur Tang seperti biara terkenal Todaiji (terkenal dengan patung besar Buddha -Nara Daibutsu) dan biara Horyuji yang dibangun dengan bahan dari kayu dan berdiri sampai kini, biara Horyuji adalah bangunan yang dianggap tertua didunia yang dibuat dari kayu. Bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur Tang lebih banyak dijumpai di Jepang daripada di Tiongkok sendiri, hal ini disebabkan oleh peperangan-peperangan atau bencana alam yang sering melanda Tiongkok dan bangunan-bangunan dari kayu lebih mudah terbakar.
            Selama pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama ini dan membuat patung Bud­dha yang besar di Nara serta menjadikannya sebagai pusat kebudayaan nasional. Di tiap propinsi dibangun pagoda-pagoda dan sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai dengan keadaan setempat.          

2.3 Perkembangan Agama Buddha Pada Jaman Heian dan Kamakura

            Dimulai pada Jaman Heian dimana munculnya dua aliran atau sekte besar agama Buddha di Jepang.  Dua aliran tersebut adalah aliran Tendai dan Shingon. Kedua aliran tersebut bertujuan untuk menyatukan serta merakyatkan agama Budha pada seluruh masyarakat Jepang. Tidak hanya pada kaum bangsawan saja, akan tetapi juga para rakyatnya.
            Sekte Tendai didirikan di Tiongkok oleh biksu Zhiji pada tahun 550 M. Pada tahun 804 seorang biksu Jepang bernama Saicho atau Dengyo Daishi (767-822) datang ke Tiongkok dan belajar di gunung Tiantai, propinsi Jejiang dan kembali pada tahun 805 lalu mendirikan biara Enryakuji di gunung Hiei. Doktrin Tendai didasarkan pada Lotus Sutra dan populer di kalangan atas termasuk Kaisar Kammu. Sekte Tendai ini berpengaruh terhadap perkembangan sekte-sekte lainnya.
            Sekte Shingon atau "Kata Kebenaran" didirikan oleh biksu Kukai atau Kobo Daishi (774-835). Dia juga pergi ke Tiongkok dan belajar Buddhisme di Changan selama dua tahun dan kembali pada tahun 806, ia adalah seorang biksu yang berasal dari kelas bangsawan serta populer dan terkenal di Jepang. Kukai mendirikan biara di gunung Koya dekat Osaka. Sekte Shingon ini berfokus pada Buddha universal.
            Pada jaman Kamakura ada dua aliran yang diperkenalkan di Jepang dari Tiongkok yaitu sekte Jodoshudan Zen, kedua sekte ini berfokus pada ajaran Amida (Amithaba atau O- mi-to-Fo) sebagai jalan menuju keselamatan manusia dan yang terakhir adalah sekte Nichiren. Ritual dan ajaran sekte-sekte ini lebih praktis, mudah diikuti dan tidak terlalu rumit serta popular dikalangan rakyat kebanyakan.
            Sekte Jodo Shu didatangkan dari Tiongkok oleh biksu Honen (1133-1212), ia mendirikan sekte ini pada tahun 1175. Honen mengecam formalisme dan kecendrungan biara Buddha yang menyendiri pada masa hidupnya. Sekte Zen juga berasal dari Tiongkok, sekte ini terbagi dalam dua cabang aliran yaitu aliran Rinzai dan aliran Soto. Sekte Zen memiliki keyakinan bahwa pencerahan yang sempurna dicapai dengan meditasi dibawah tuntunan seorang guru. Zen popular dikalangan Samurai yang menghargai disiplin diri dan tidak mementingkan pelajaran kitab suci. Dari sekte Zen ini muncullah banyak karya seni serta budaya baru di Jepang. Seperti lukisan – lukisan dan ukiran di wihara Zen yang unik dan juga Chanoyu serta Judo juga merupakan hasil budaya dan seni dari sekte Zen.
            Sedangkan Sekte Nichiren adalah sekte yang paling terkenal dan memiliki banyak pengikut sampai saat ini. Sekte ini didirikan pada tahun 1253 oleh seorang biksu Tendai berasal dari keluarga nelayan dari Kanto bernama Nichiren (1222- 1282), namanya menjadi nama sektenya sendiri dan dikenal juga dengan nama sekte Lotus. Ajaran Nichiren mengutamakan Sutra Lotus daripada Amithaba serta mantera "Nam-myoho-renge-kyo". Sekte Nichiren ini disebut juga sebagai Buddhisme Jepang dan sekte yang berasal dari Jepang sendiri dan pusatnya terletak di gunung Minobu sampai sekarang, pribadi Nichiren sering dianggap sebagai seorang yang berkarakter aggresif, dominan dan tidak toleran terhadap sekte-sekte Buddha lainnya di Jepang.
            Perkembangan agama Buddha di Jepang telah mengalami pasang surutnya dalam sejarah, pada masa pemerintahan Oda Nobunaga (1534-1582) dan Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) yang dikenal pernah mengaggresi Korea dua kali pada abad ke-16, agama Buddha mengalami penindasan terutama dengan sekte Jodo. Popularitas dan pengaruh agama Buddha di Jepang berkurang mulai pada pertengahan abad ke-19 atau awal dari restorasi Meiji, karena digantikan oleh pengkultuskan terhadap Kaisar Jepang dan promosi Shinto sebagai agama negara, situasi ini mulai berubah setelah perang dunia kedua dan Jepang memasuki era demokrasi dan negara modern.

Perbandingan Ajaran Buddha Jepang Dengan Negara Lain

            Pada mulanya memang agama Budha masuk ke Jepang melalui Korea, Cina dan India. Akan tetapi seiring berkembangnya ajaran Buddha di Jepang, ajaran Budha di Jepang memiliki keunikan tersendiri dan perbedaan – perbedaan dalam dasar alirannya yang membedakan dengan Negara – Negara lain.
India merupakan asal muasal dari agama Budha yang berasal dari ajaran seorang petama yang bernama Sidharta Gautama dengan kitab Tripitaka. Adanya pepatah Ashy Ajatang Abhutang Akatang Asam Khatang “suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan dan mutlak. Sedangkan di India sendiri sempat mengalami perpecahan dan kemrosotan sekitar 1.600 thn setelah budha meninggal, abad ke-12 budha benar2 sirna dari India. Lalu diperkenalkan dari Srilangka pada akhir abad ke-19 M, 700 thn sebelumnya tidak ada agama Budha di India.
            Di Korea penyebar aliran ajaran Budha memiliki dukungan yang cuup besar dari pemerintahnya. Kebanyakan oaring yang menganut agama Budha akan bernasib baik dengan adanya aliran dana dari pemerintah untuk mengembangkan ajaran Buddha. Walaupun di Korea terdapat “Human Right Watch”, akan tetapi pemerintah tetap memberikan keuntungan lebih pada para pemganut ajaran Budha. Hal tersebut menjadikan penganut Buddha di Korea mencapai 1.082.000 jiwa yaitu 40% dari jumlah seluruh penduduk Korea.
            Sedangkan di Cina, perbedaan mendasar terdapat alirannya. Rakyat Cina sangat menentang aliran Hinayana. Aliran Hinayana adalah aliran Buddha yang memilki aturan yang ketat dimana para pengikutnya harus meninggalkan kepentingan duniawi untuk beribadah. Sehingga menggunakan ajaran Buddha yang dapat berkolaborasi dengan budaya setempat dan tetap mempertahankan kepentingan – kepentingan duniawi seperti bekerja dan sebagainya.
            Sedangkan di Jepang sendiri banyak sekali keunikan serta budaya yang muncul karena pengaruh ajaran Buddha. Seperti seni Zen yang telah dijelaskan sebelumnya. Menghasilkan budaya – budaya baru untuk Jepang. Dan banyak sekte – sekte yang muncul di tiap – tiap jaman sehingga memunculkan pasang surut aliran agam Buddha. Di Jepang sendiri memperbolehkan para Biksu untuk menikah. Hal tersebut dilakukan untuk memunculkan penerus yang mengembangkan ajaran Buddha. Setelah para Biksu itu merasa cukup tua dan anaknya mampu untuk meneruskannya, biksu itu akan menyendiri sesuai dengan ajaran Budha yaitu terlepas dari kepentingan – kepentingan duniawi

Pada masa pemerintahan Nara (710-784) Agama Buddha mengalami perkembangan pesat hal ini karena banyak suku dan bangsawan berpengaruh lagi terpandang memeluk agama Buddha. Sehingga berdampak pada tata administrasi pemerintahan yang cukup besar. Disamping itu, penguasa juga berpendapa bahwa agama Buddha adalah sarana yang tepat Untuk mencapai kesejahteraan hidup dan bangsa.Oleh karenanya, perhatian pemerintah terhadap agama Buddha begitu besar serta memberikan bantuan yang besar pula terhadap agama Buddha. Sehingga, pada tahun 655 M dikeluarkanlah ketetapan pemerintah yang mengharuskan kepada setiap masyarakat  Jepang  untuk mendirikan bustudan
            Periode ini ditandai juga dengan munculnya beberapa sekte dalam agama Buddha di Jepang yaitu :
  1. Sanron,
  2.  Hosso,
  3.   Kegon
Yang termasuk dalam sekte Mahayana dan juga,
  1. Jojisu
  2. Kusha
  3. Ritsu
Yang termasuk dalam sekte therevada.
            Diantara ke enam sekte tersebut, tiga diantaranya masih bertahan  hingga saat ini. Yaitu, sekte Hasso yang erpusat di kelenteng Kofukuji   dan Yakushiji, sekte Kegon dengan Pusat di kelenteng Todaiji sekte Ristu  dengan pusatnya di kelenteng Toshodaiji.
            Seiring dengan perkembangan agama Buddha di Jepang, pada tahun 710 banyak sekali kuil dan vihara yang dibangun di ibukota Nara, seperti pagoda lima tingkat dan ruang emas horyuji, atau juil Kofukuji.  Banyak sekali lukisan dan patung dibuat, pembuatan seni Buddha di Jepang mencapai Puncaknya Pada saat ini.
            Pada periode selanjutnya, pada masa kekuasaan Heian 794 M muncul usaha usaha untuk me,adukan kepercayaan dan tradisi asli Jepang dengan agama Buddha antara lain :
  1. Saicho
Mengajarkan Bahwa sebenarnya dewa-dewa agama Buddha sama dengan Dewa-dewa dalam agama Shinto, yang disebut kami
  1. kukai
mengajarkan bahwa dewa tertinggi dalam agama Shinto adalah sama denga dewa tertinggi dalam agama Buddha sehingga tidak ada perbedaan antara keduanya, dalam hal pemujaan[11]
            memasuki abad ke 13 M. karena terjadinya gejolak perselisihan dan perebutan antara penguasa Negara, maka munculah beberapa sekte di Jepang.
  1. Sekte Zen[12]
Sekte zen merupakan buah jalur asal dengan ajaran Boddhidarma. Di China. Yang tujuannya untuk memindahkan pikiran Buddha secara langsung kedalam pikiran para pemeluknya mengajarkan dan menjelaskan bahwa pencerahan  haya diperoleh melalui pikiran intuitif. Sekte zen pada akhirna dibagai lagi menjadi dua golongan besar yaitu :
  1. Soto zen dengan tokohnya Dogen[13] 
sekte ini banyak dianut oleh kaum petani dan dan bergerak dalam bidang social
  1. Rinzai dengan tokohnya Eisai[14].
Sekte ini berkembang dikalangan militer dan aristokrat serta menjadi tulangpunggung kelas pengeuasa dan militer.
  1. Sekte Amida
sekte amida dikenal juga dengan sebutan ‘tanah suci’  yang mengemukakan ajaran keselamatan dengan cara mempercayai kepada Buddha  secara mutlak dan dengan menyebut amida seeorang akan mendapat keselamatan. Objek pemujaannya adala patung Amida Buddha, serta dilengkapi dengan patung Bodisatva Kwan On yang melambangkan kemurahan, dan patung deiseishi sebagai lambing kebijaksanaan.
  1. Sekte Nichiren Sozu
Sekte ini didirikan oleh nichiren[15] mempunai ideology yang ingin mengembalikan agama Buddha kepada bentuknya yang murni yang akan dijadikan sebagai  perbaikan bagi masyarakat di Jepang. Dan menolak ritualisme  dan sentimentalisme sekte Amida, Melawan semua kesalahan, agresif, dan bersifat eksklusif
  1. Secara geografis, Jepang terletak pada jalur sutera, oleh sebab itu Jepang bisa menyimpan banyak aspek agam Buddha ketika agam ini mulai hilang dari asalnya di India dan selanjutnya di Asia tengah dan Tiongkok[16]
Pada umumnya, ketika membicarakan tentang Buddha di Jepang selalu merujuk pada sekte Buddha Zen.  Demikian juga dengan Budaya yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari peran Buddha Zen.  Kuil Buddha di Negara ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga juga berfungsi sebagai tempat wisata

Buddha di Jepang Zaman Modern

Dinamika kehidupan beragama khususnya agama Buddha di Jepang pada pada Zaman Modern sangat berbeda dengan  pola kehidupan masyarakat Jepang pada masa lalu  Namun, kendati demikian tradisi keagamaan dan budaya mereka sangat eksis. Karena mereka selalu mempertahankan warisan moyangnya.
Dalam era modern, Buddhisme ini ditandai dengan keragamannya. Di beberapa negara adalah lembaga budaya.Dalam beberapa hal itu sangat terlibat dalam konflik politik.Beberapa pemerintah yang bertentangan dengan agama Buddha telah mencoba untuk menghancurkannya. Di negara-negara lain, Buddhisme hanya menjadi mapan atau berkembang dalam bentuk baru.
Di beberapa negara, agama Buddha telah menjadi bagian integral dari lanskap budaya. Di negara-negara, ada ribuan candi, besar dan kecil. Beberapa museum di mana karya-karya sejarah seni Buddhis yang ditampilkan dan arsitektur yang luar biasa dan lanskap yang ditampilkan. Candi lain tempat berkumpul bagi penduduk setempat. Orang mungkin menemukan pasar loak bulanan atau samping toko souvenir berdampingan dengan orang yang berpartisipasi dalam ritual memperingati kerabat almarhum. Ada universitas terkemuka di mana Buddha tradisi Buddhis yang diajarkan. Ritual Buddhis kepentingan nasional, seperti dering lonceng kuil di malam tahun baru di Jepang, masih menarik kerumunan besar. Sementara beberapa pengalaman iman Buddhis mereka intens, yang lain mengatakan mereka berpartisipasi dalam ritual karena alasan budaya, bukan sebagai masalah keyakinan.
Di negara lain, agama Buddha telah bertentangan dengan pemerintah. Di Cina, praktek Buddhisme berkecil hati bagi sebagian besar abad ke-20. Candi dan karya seni hancur, dan biarawan dan biarawati dipaksa untuk kembali ke kehidupan sekuler. Buddhisme di Cina itu hampir hancur, dan baru mulai pulih. Pemerintah Cina juga berasimilasi Tibet, memaksa pemimpin politik dan keagamaan, Dalai Lama ke-14, untuk meninggalkan negara. Di Tibet, kuil dan seni juga hancur dan biarawan dan biarawati dibunuh atau dipenjara.
Di Burma (Myanmar), biksu Buddha baru-baru ini memprotes pemerintah saat ini atas resiko sendiri. Buddha juga telah terlibat dalam konflik politik di Sri Lanka, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Thailand.
Ada kesempatan di mana bhikkhu telah mengangkat senjata dan ikut serta dalam konflik militer. Di Tibet, beberapa biarawan menjadi pejuang, sementara yang lain menggunakan metode-metode protes damai dan dipenjara atau menghadapi tembakan dari polisi atau tentara. Bahkan sebelum peristiwa ini, beberapa biarawan Tibet yang terlibat dalam konflik bersenjata antara biara-biara saingan. Selama Perang Vietnam, beberapa biksu Buddha menjadi tentara Vietnam Utara.
Selama era shogun di Jepang, orang militer mengambil praktik Buddhis sebagai cara untuk menumbuhkan disiplin diri dan menjadi pejuang yang lebih baik. Beberapa biksu Budha Jepang dan sarjana diperbaharui tradisi ini untuk mendukung nasionalisme mereka selama Perang Dunia II.
Satu dapat melihat tema Buddha dalam karya seni di seluruh Asia. Buddhisme juga amat menonjol dalam budaya populer Asia, di mana orang dapat melihat film atau anime dengan tema Buddhis atau karakter Buddha. Para bermoral atau merosot biksu Buddha adalah stereotip sering dalam sastra dan film, seringkali karakter komik.

Daftar Bacaan

[1] Djam anuri, Agama Jepang. H.21-22

[2] M. Ikhsan tanggok. Agama Buddha. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009 hal. 28

[3] Mukti Ali. pengantar Agama-Agama Dunia. IAIN Sunan Kalijaga press, Yogyakarta 1988, hal 140

[4] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.22

[5] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24

[6] Adalah tempat pemujaan Buddha, yang diharuskan bagi setiap warga Jepang untuk mendirikannya.


[7]Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24

[8] seorang tokoh penting yang telah mengadaka pembaharuan di dalam agama Buddha, hidup pada tahun 767-822


[9] Motoori Nironaga. Seorang sarjana dan pembaharu agama Shinto abad modern , menjelaskan mengenai maksud kami tersebut :”istilah kami pada mulanya diterapkan kepada berbagai macam dewa langit dan bumi yang disebutkan dalam catatan-catatan kuno , dan juga terhadap sepirit mereka (mi-tama)yang  berdiam di tempat tempat suci dimana mereka dipuja. Dan lagi bukan hanya manusia tetapi juga burung-burung, bintang, tumbuhan, pohon, laut, gunung-gunung, dan semua yang benda yang lain apapun bentuknya yang patut ditakuti dan dipuja sebab kekuasan yang luar biasa dan tinggi yang mereka miliki semua disebut kami. Mereka tidak memerlukan sifat keistimewaan sebab kemuliaan, kebaikan, atau kegunaan yang luar biasa wujud-wujud yang mengerikan jga disebut dengan kami apabila mereka juga sebagai objek yang pada umumnya juga ditakuti. Diantara kami yang berwujud manusia  yaitu mikodas,  diantarav lainnya adalah Guntur atau dewa suara (kaminaru); naga, gema atau sepirit pohon (kodama), dan rubah yang dianggap kami karena sifatnya yang mengerikan dan menakutkan.  Istilah kami dipergunakan dalam kitab nihongi  dan manyoshiu, sebuah puisi kumpulan kuno terhadap harimau dan serial. Dalam berbagai kejadian, laut dan gunung-gunung disebut dengan kami, ini bukan dimaksudkan sepirit sepirit mereka . dunia yang dihadapi langsung dalam wujud laut dan gunung-gunung itu sendiri, merupakan wujud yang menakutkan 

[10] Tokoh penting yang berkontribusi dalam pembaharuuan agama Buddha, hidup pada tahun 774-835.

[11] Mukti Ali (pengentar). Agama-agama di Dunia h.141

[12] Kata zen dalam bahasa sansekerta sebenarnya memiliki arti sama dengan dhyana yang berarti perenungan yang tenang. Atau aktifitas merenung.

[13] Pendeta yang hidup pada 1200-1252 M.

[14] Seorang pendeta tendi yang hidup pada 1141-1215 M.

[15] Nichiren (1222-1282) adalah tokoh utama dalam sejarah Jepang  yang giat dalam usaha pembaharuan sosial

[16] Smith, Huston. Agama-agama Manusia. Yayasan obor Indonesia, Jakarta, 1995,hal. 175

Tidak ada komentar:

Posting Komentar