Rabu, 23 Mei 2012

TUJUH KITAB ABHIDHAMMA

 

I. DHAMMA SANGANI

Kitab tentang perincian paramatha dhamma yang terbagi dalam empat bab sebagai berikut;
1.      Cittupada kanda, berisikan tentag kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya (cetasika)
2.      Rupa kanda, menguraikan tentang jasmani (materi/rupa)
3.      Nikkhepa kanda, berisi ringkasan
4.      Atthuddhara karida, menguraikan tentang penjelasan pandangan singkat mengenai bab-bab terdahulu.
Buku ini menjelaskan pula tentang 22 tikamatika (kelompok 3) dan 100 duka matika (kelompok 2) yang berisikan tentang intisari dari abhidhamma. Sebagian besar menguraikan tentang tiga yang pertama dari kelompok tiga yaitu tentang kusala dhamma, akusala dhamma, dan abhyakatha dhamma. Kitab ini tercakup didalamnya 13 bhanavana (1 bhanavara = 250 syair, 1 syair = 4 baris, 1 baris = 8 huruf dewanagari, maka 1 bhanavara terdiri dari 8000 huruf dewanagari). Oleh sebab itu buku ini terdiri kurang lebih 104.000 huruf dewanagari.
Untuk mengetahui secara garis besar bila kita tinjau dari bab per bab adalah sebagai berikut:
1.      Cittii padakanda (kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya)
Bab ini menguraikan beberapa hal sebagai berikut:
a.       Kesadaran yang menyenangkan/menyehatkan
b.      Kesadaran yang tidak menyenangkan/tidak menyehatkan
c.       Keadaan-keadaan karmis netral
2.      Rupa kanda(kejasmanian)
Bab ini merupakan satu tambahan dari bagian tiga yang berurusan dengan keadaan-keadaan yang netral. Seperti contoh ; berkenaan dengan semua keadaan yang netral, dan tidak hanya mengenai kejasmanian sebagai berikut: ”fenomena manakah karmis yang netral ? akibat-akibat karma yang tergolong pada lingkungan materi halus dan pada lingkungan tanpa materi atau pada lokuttara yang terdiri dari perasaan, pencerapan indra, dll, lebih jauh fungsi-fungsi kirya yang karmis netral...... lebih jauh. Semua rupa maupun unsur yang tak tercipta (nibbana) semua barang-barang ini adalah karmis netral. Semua rupa adalah empar unsur primer yang fisikal dan fenomena fisikal sekunder yang diturunkan daripada primer".
Hal yang berkenaan dengan semua rupa dan uraian terpisah kejasmanian. Uraian masalah kejasmanian ini diuraikan dalam judul tunggal sampai sebelas judul.
3.      Nikkhepakanda (ringkasan)
Bab ini berisikan suatu penjelasan lengkap dari istilah-istilah dalam abhidhamma dan sutta dan disusun dengan rencana-rencana itu dimulai dengan penjelasan abhidhamma sebagai berikut:
Fenomena manakah adalah karmis yang menyehatkan (kusala) ?
Tiga akar dari karma yang menyehatkan (kusala hetu) adalah : tanpa keserakahan, tanpa kebencian, dan tanpa kekhayalan dan bentuk-bentuk batin yang mengikuti, lebih jauh semua karma badaniah, ucapan dan batin yang berakar dari ketiga hal tersebut.
Tiga akar dari karma yang tidak menyehatkan meliputi .........
Fenomena yang netral meliputi......
Disusul dengan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena yang disertai perasaan gembira dll.
4.      Atthuddhara kanda (pandangan singkat)
Bab ini juga sering dikenal dengan bab penjelasan singkat, dalam bab ini hanya berkaitan dengan penjelasan abhidhamma tetapi lebih ringkas. Contoh; fenomena manakah adalah karma menyehatkan ?. Semua yang menyehatkan dalam empat tingkat kesadaran. Fenomena manakah yang karma tidak menyehatkan dua belas kesadaran yang tidak menyehatkan.
II  VIBHANGA
Buku kedua dari abhidhamma pitaka yakni vibhanga, terdiri dari satu seri dari 18 risalat, atau vibhanga semuanya lengkap dalam diri mereka sendiri dan tidak tergantung pada yang lainnya. Tiap risalat biasanya terdiri dari 3 bagian: penjelasan secara sutta, penjelasan secara abhidhamma, dan satu bagian Tanya jawab.
Oleh karenanya 3 risalat pertamanya vibhanga dalam satu ukuran tertentu adalah merupakan satu tambahan pada dhammasangani, sekalian merupakan satu fondasi untuk dhatu katha. Tiga risalat itu sementara tertuju pada satu penyelidikan dari tiga golongan yang terpenting untuk mendapatkan pengertian sejati dari pada falsafah Buddhis, yaitu :
5 kelompok daripada kehidupan (khanda)
12 landasan (ayatana)
18 unsur psyco fisikal (dhatu), sehubungan dengan tiga aspek mana di dalam dhatu katha semua fenomena dari kehidupan  dan dihubungkan. Disamping itu tiga golongan tersebut membentuk pokok-pokok dari 3 bab pertama dari yamaka, sedangkan di dalam puggala pannati 3 golongan itu mendahului daftar dari isinya (matika), Banyak pasal-pasal di dalam vibhanga juga terdapat dalam patisambhidamagga dari khuddaka nikaya, ia mempunyai rupa yang sama, baik dalam isinya maupun dalam susunannya dan kedua buku itu sering ditunjukkan dan dikutip di dalam visudhi magga.
Lima Kelompok Daripada Kehidupan
Lima kelompok itu yang dalam tiga aspek mereka sebagai kesadaran, penyerta batin dan kejasmanian telah diuraikan di dalam dhammasangani dari sudut apa yang disebut kehidupan perorangan atau dalam arti yang lebih luas seluruh kehidupan sama sekali yaitu :
1.      Kejasmanian (rupa)
2.      Perasaan (vedana)
3.      Cerapan indera (sanna)
4.      Formasi-formasi batin (sankhara)
5.      Kesadaran (vinnana)
Penjelasan Secara Sutta
Lima kelompok-kelompok itu diuraikan sebagai yang lampau, mendatang, atau sekarang sebagai kepunyaan seseorang atau yang diluar, sebagai yang kasar atau halus, rendah atau luhur, dekat atau jauh. Kemudian menyusul penjelasan tentang tiap istilah itu dengan jalan Tanya jawab untuk masing-masing kelompok secara terpisah. Demikianlah misalnya kejasmanian kasar disebut sebagai yang terdiri daripada 5 indera fisikal dan objek-objek indera yang sehubungan dengan itu; kejasmanian halus yang terdiri dari kewanitaan, kekuatan, pengenalan secara badaniah dan lisan, dll. Untuk kelompok dari perasaan (vedana-khanda) penjelasan diberikan seperti berikut:
"Perasaan yang karmis tidak menyehatkan adalah kasar, vang menyehatkan dan yang netral adalah halus; perasaan yang menyehatkan dan yang tidak menyehatkan adalah kasar, yang menyenangkan dan yang tidak acuh adalah halus, perasaan yang menyenangkan dan menyakiti adalah kasar, perasaan tidak acuh adalah halus, perasaan-perasaan yang bertunduk pada kecondongan-kecondongan adalah halus. Yaitu untuk mengatakan bahwa perasaan ini dan itu adalah kasar atau halus berada di dalam perbandingan satu dengan yang lain.
Penjelasan Secara Abhidhamma
Penjelasan tentang kejasmanian terdiri daripada pengulangan harafiah dari cetakan untuk kejasmanian. Pernyataan-pernyataan mengenai masing-masing dari empat khanda batin itu dikelompokkan dalam empat bagian. Tiga bagian pertama terdiri daripada sejumlah susunan penggolongan dari khanda masing-masing yang dua-kali-ganda, tunggal, tiga-kali-ganda sehingga sepuluh-kali-ganda. Bagian keempat berisikan berbagai susunan dari yang 7-kali-ganda. 24 kali-ganda, 30-kali-ganda, dan berlipat-ganda.
III. DHATU KATHA
Dhatu katha terdiri dari 14 bab yang beratus-ratus pertanyaan dan jawaban. Judul yang lengkap seharusnya adalah khanda-ayatana-dhatu-katha”. yaitu perbincangan berkenaan dengan penunjukkan pada kelompok-kelompok, landasan-landasan, dan unsur-unsur. Dhatu katha dibagi dalam 14 bab, yaitu:
1.      Termasuk-an dan ketidak-termasuk-an
2.      Termasuk dan tidak-termasuk
3.      Tidak-termasuk dan termasuk
4.      Termasuk dan termasuk
5.      Tidak-termasuk dan tidak-termasuk
6.      Kumpulan dan lepas-dari-kumpulan
7.      Berkumpul dan tidak berkumpul
8.      Tidak-berkumpul dan berkumpul
9.      Berkumpul dan berkumpul
10.  Tidak-berkumpul dan tidak-berkumpul
11.  Berkumpul-dengan dan lepas-dari-berkumpul, yang-termasuk
12.  Termasuk dan tidak-termasuk di dalam yang-berkumpul
13.  Berkumpul-dengan, lepas-berkumpul-dari, yang-tidak-termasuk
14.  Termasuk dan tidak-termasuk di dalam yang-lepas-dari-berkumpul
Di sini harus dicatat bahwa dalam abhidhamma istilah "berkumpul” (sampayutta) adalah khusus disediakau untuk fenomena batin saja, yaitu untuk mereka yang bercampur dalam satu saat kesadaran tunggal. Istilah itu tidak bisa digunakan untuk susunan dari fenomena materi ataupun untuk hubungan-hubungan mereka pada proses-proses atau faktor-faktor batin.
Empat belas judul-judul yang telah disebut terdahulu itu membentuk bagian pertama daripada cetakan atau rencana dengan mana dhatu katha dimulai. Dalam bagian kedua daripadanya, ditunjukkan fenomena, fenomena mana adalah pokok dari pertanyaan mengenai ke-ikut-sertaan mereka, dll, di dalam unsur-unsur dll. Mereka itu pertama-tama terdiri dari 125 fenomena, yaitu :
5 kelompok-kelompok dari kehidupan (khanda)
12 landasan-landasan (ayatana)
8 unsur-unsur (dhatu)
4 kebenaran-kebenaran (sacca)
22 kemampuan (indriya)
12 (rangkaian dari) asal mula yang bergantung (paticcasamuppada)
4 fondasi dari kewaspadaan
4 usaha benar (sammapadana)
4 jalan pada kekuatan (iddhipada)
4 pencerapan
4 keadaan yang tidak terbatas
5 kemampuan batin (indriya)
5 kekuatan-kekuatan (bala)
7 faktor-faktor dari penerangan batin (bojjhanga)
8 (faktor-faktor dari) jalan
Kesan indera (phassa)
Perasaan (vedana)                   Kesadaran (citta)
Pencerapan-indera (sanna)      Tekad (adhimokkha)
Kemauan-pikiran (cetana)       Keperhatian
Disertakainya sebagai tambahan kepertigaan dan keperduaan diantara pokok-pokok dari pemeriksaan ditunjukkan dalam cetakan itu oleh satu kalimat tunggal : "juga, seluruh dhammasangani itu (tergolong pada cetakan dari dhatu-katha". Seperti dapat dilihat dari kutipan berikut ini, pertanyaan-pertanyaan dijawab masing-masing dalam tekad hanya dengan mengatakan berapa banyak kelompok-kelompok, dll, didapati di dalam hal masing-masing dimana nampak perlu, identifikasi daripada kelompok-kelompok itu, dll, dengan nama, telah ditambahkan dalam kurungan oleh pengarang. Dalam beberapa hal tidaklah mudah untuk mendapatkan suatu jawaban yang konkrit pada pertanyaan-pertanyaan yang rumit itu. Dalam kenyataannya, dhatu katha. yamaka dan bagian tanya jawab dari vibhanga, adalah suatu ujian yang sangat keras untuk pemikiran logika dan analistis dan untuk keahlian dalam mempergunakan istilah-istilah doktrinal yang fondamentil yang menjadi pokok bahan daripada risalat-risalat itu.
IV  PUGGALA – PANNATTI
Buku ini, terkecil daripada buku-buku abhidhamma. nampak agak tidak pada tempatnya di dalam abhidhamma pitaka, seperti diperlihatkan oleh bahkan judulnya "uraian daripada perorangan". Karena adalah ciri utama daripada abhidhamma bahwa ia tidak memakai konsepsi-konsepsi biasa seperti "perorangan", dll, tapi berurusan hanya dengan yang terakhir atau kebenaran-kebenaran dalam "arti tertinggi" (paramatha dhamma), yaitu fenomena batiniah dan materi dan penggolongan-penggolongan mereka ke dalam kelompok-kelompok (khanda), landasan-landasan, unsur-unsur dll. Namun risalat ini sesuai dengan mata pokoknya di tulis dalam bahasa biasa seperti dipergunakan didalam sutta-pitaka. Pada kenyataannya sebagian besar daripada isinya mempunyai kesejajaran bahasa di dalam anguttara nikaya dan sangiti sutta dari digha nikaya.
Risalat itu dihantarkan dengan satu cetakan dan pasalnya yang pertama menunjukkan satu alasan biasa untuk diikut sertakan buku ini di dalam abhidhamma pitaka. Cetakan itu mulai dengan menomori enam macam ”uraian” (pannati); uraian dari kelompok-kelompok (khandha-pannatti), dari landasan-landasan, unsur-unsur dari kebenaran-kebenaran, dari kemampuan-kemampuan, dan akhimya dari perorangan-perorangan (puggala pannatti). Lima yang pertama itu tentunya jatuh pada lapangan abhidhamma dan mungkin telah menyebabkan termasuknya risalat itu ke dalam abhidhamma pitaka. Lima cara itu namun hanya muncul dalam cetakan itu hal mana hanya menambahkan pembagian mereka masing-masing ke dalam kelompok kejasmanian dll. Disitu tidak terdapat pengolahan dari mereka itu dengan terperinci di dalam tubuh utama daripada buku itu. Sebagai alasan untuk ketinggalan itu, komentar menyebutkan bahwa bahan pokok daripada. lima uraian-uraian itu telah di olah dengan perincian lengkap di dalam bab masing-masing dari vibhanga.
Cetakan itu kini berjalan untuk memberikan penjudulan-penjudulan untuk ”uraian daripada perorangan-perorangan". Uraian ini membagi kedalam 10 bab-bab, darimana yang pertama berurusan dengan perorangan-perorangan tunggal, yang kedua dengan pasangan-pasangan, ketiga dengan kelompok-kelompok dari tiga, dst sampai deagan penggolongan sepuluh kali ganda. Sepuluh bab itu berisikan 142 pengelompokan dari perorangan-perorangan dengan 386 peroranaan-perorangan tunggal nanum juga sebagian melompat. Pengungkapan yang terperinci yang menyusul cetakan itu mempunyai bagian-bagian yang sama. la beri tidak hanya definisi-definisi singkat daripada berbagai jenis manusia, tapi juga beberapa keterangan-keterangan yang agak panjang dan sejumlah perumpamaan yang luas dan indah. Terpisah dari penggolongan-penggolongan perorangan-perorangan secara etik, sejumlah besar istilah-istilah spesifik ajaran yang penting berkenaan dengan jenis-jenis manusia, juga diterangkan di sini, dan juga diantara mereka itu termasuk yang relatif jarang terjadi.
Dari itu, buku yang kecil ini membentuk satu manual atau pedoman yang akan terbukti sangat penting dalam mempelajari ajaran-ajaran Buddha.
(1,9) "Orang manakah adalah satu ”makhluk dunia”(putthujjana)?
Seseorang yang belum meninggalkan 3 belenggu (dari kejahatan- diri, ketidakpercayaan, keyakinan dalam aturan-aturan dan upacara-upacara), dan juga belum berada di atas jalan meninggalkan akan barang-barang itu, orang sedemikian itu disebut satu makliluk dunia.
(1.19) "Yang manakah orang yang "mencapai dua ujungnya dengan berbareng"? - la adalah seseorang di dalam diri-siapa, ujung daripada kecondongan-kecondongan (asava) dan ujung daripada kehidupan terjadi pada saat yang sama".
(1.20) "Yang manakah adalah orang yang "bisa menghentikan satu kehancuran dunia" (thitakappi)? - la adalah satu orang yang berada di atas jalan merealisir pembuahan daripada pemasukan-aliran. Maka, jika saat pembakaran dari dunia telah tiba, tata dunia itu tidak akan dimakan api sebelumnya orang itu telah merealisir pembuahan daripada pemasukan-aliran. Juga semua orang-orang yang telah mencapai pada (satu dari tingkat-tingkat lainnya) jalan-jalan adalah sedemikian yang bisa menghentikan atau menahan satu kehancuran dunia.
V. KATHA VATTHU
Buku ini dipertalikan pada tetua Moggali-putta-tissa yang menurut tradisi yang telah menyusun buku ini sebagai risalat polemik terhadap kelompok-kelompok viharawan, atau aliran-aliran yang terdapat pada abad ketiga sebelum kristus dan melafalnya dengan dewan ketiga di Pataliputta yang sekarang dikenal sebagai Patna, dewan mana telah dipanggil berkumpul oleh Raja Asoka pada tahun kira-kira 246 sebelum kristus.
Singkatnya ini adalah apa yang komentar atas karya ini memberikan tahu pada kita akan sejarah dari sekte-sekte itu yang agak membingungkan dan yang masih belum terpecahkan : seratus tahun setelah meninggalnya Sang Buddha apa yang di sebut para Bhikkhu dari Vajji-puttaka menyarankan perlunakan dari peraturan-peraturan sangha dan mereka mendirikan sekte maha sanghika, darimana timbul 5 sekte lain dari pada abad kedua setelah meniggalnya sang Buddha, dengan mana menjadikan 6 sekte semuanya. Sekte asli dari Buddhisme, sebab itu diulangi oleh 500 Thera, atau tetua-tetua seketika setelah kematian Sang Buddha, yang disebut Theravada, sebelas sekte menarik diri terpenting diantara mereka itu adalah Sarvastivada. Dengan demikian menjadikan dua belas sekte semuanya. Abad ke dua setelah Sang Buddha yaitu abad ketiga sebelum kristus, kita dapati sama sekalinya 18 sekte yang berbeda-beda., 17 darimana dianggap sebagai perpecahan oleh para theravadin dan hanya Theravada itu sendiri yang berpendirian menurut adat (orthodok).
Menurut abad kuno dari Srilanka, kitab-kitab mahavamsa, dan dipavamsa, semua para Vajji putaka itu bukanlah pendiri daripada sekte mahasanghika, akan tetapi adalah bhikkhu-bhikkhu yang telah dikeluarkan dari masyarakat bhikkhu-bhikkhu dan mahasanghika atau pengikut-pengikut dari dewan agung telah muncul (sesuai dengan tradisi utara dari Vasumitra dan Bhvya) tanpa  bergantung pada para Vajji puttaka yang lagi berfigur sebagai tunas daripada Theravada Menurut tradisi selatan. para mahasanghika. merubah dan memalsukan sutta dari vinaya, dan membuat-membuat sejumlah sutta-sutta yang mereka sebarkan sebagai kata dari Sang Buddha.
Raja Asoka memperlihatkan penghargaan besar pada Buddhisme dan bhikkhu-bhikkhu Buddhis, maka banyak guru-guru dan pengikut-pengikut dari kepercayaan lain mencari-cari  memasuki sangha, ataupun diam-diam menggunakan jubah kuning, pada mereka itu pada masih meneruskan pandangan-pandangan upacara-upacara keagamaan mereka, seperti pemujaan api dan matahari, dsb. Berkali-kali percobaan dan usaha-usaha untuk memecahkan keadaan-keadaan yang kacau daripada ke-bhikkhuan buddhis, akhirnya Raja Asoka memanggil dan melangsungkan dewan agung di Pattali Putta, dimana seluruh kanon diulangi dari Moggalitissa ini di masukkan ke dalam abhidhammapitaka.
Kathavatthu berisikan 219 pertentangan-pertentangan yang dibagi kedalam 23 bab. Di situ tidak terdapat perencanaan yang jelas dalam hal pengelompokkan-pengelompokkan pertentangan-pertentangan itu, ataupun berkenaan dengan mata pokok mereka, mengenai sekte-sekte yang berkaitan itu. Keseluruhan itu nampak agaknya telah bertumbuh berangsur-angsur, sehingga berdasarkan sebab ini seseorang akan ragu-ragu untuk mempertalikan seluruh karyanya itu pada satu pengarang tunggal. Tetapi kenyataan bahwa sebagian dari, pendapat-pendapat para pemecah-pemecah itu dipertalikan pada sekte-sekte yang timbul berapa abad kemudian, maka saja menganggap sebagian bukti positip bahwa Moggaliputtatisa tidak mungkin adalah satu-satunya daripada pengarang buku itu.
Sejumlah besar dari spekulasi itu menuturkan sesungguhnya pada hal-hal yang sangat kecil dan sering adalah hanya satu pihak, ataupun menyesatkan, dan semuanya itu hampir dapat diusut kembali pada pengertian yang salah atau tidak tepat, pada pemakaian yang serampangan daripada istilah-istilah teknis, daripada ucapan-ucapan yang terlogis dari sekte-sekte perpecahan yang dipertalikan pada pendapat-pendapat yang diolah dalam karya ini. Sekte-sekte itu sebenanya ada pada jaman Asoka, dan dari mereka itu, lagi hanya tiga yang disebut sekali saja dan satu disebut dua kali.
VI  YAMAKA
Rhys Davids dalam mukadimah dari buku edisinya teks pali; dengan agak kurang tepat, memunakan buku ini serta sepuluh babnya sehagai ”sepuluh lembah dari tulang-tulang kering” dan menyatakan bahwa satu-safunya kesempatan yang mungkin daripada buku ini adalah untuk keperluan:
1.      Tempat penunjukkan
2.      Sebagai satu perbendaharaan daripada istilah-istilah, darimana seorang guru dapat memilih-milih, akan tetapi tidaklah buku ini dapat dianggap sebagai satu karya yang sesuai untuk bacaan ataupun untuk lafalan.
Padaku nampaknya seakan-akan buku ini telah digubah untuk keperluan ujian ataupun untuk kemahiran dalam menjawab akan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat-buat atau pertanyaan-pertanyaan yang berarti dobel, ataupun pertanyaan-pertanyaan mengkritik atau semua ejaan-ejaan yang berlipat ganda, dan latihan-latihan teknis dari falsafah Buddhis. Soal-soal dari identitas, sub-ordinat dan koordinat dari konsepsi-konsepsi memegang peranan utama dalam pekerjaan kita dalam usaha memberi satu penjelasan yang logis serta pembatasan dari semua konsepsi-konsepsi ajaran berkenaan dengan jarak dan isi mereka. Buku ini adalah suatu karya dari logika yang terterapkan, seperti juga adanya katha vathu, dsb. Kebanyakan dari buku ini bermain-main atas kata-kata, walaupun diucapkan dalam nada keagungan dari logika namun terkadang tampak agak aneh.
Bahwa buku ini disebut ”pasansan-pasangan (yamaka), sangatlah mungkin dikarenakan pengelompokan yang dobel atas mutu pertanyaan dan perumusan pembicaraannya yang dipasang sejajar tetap dari permulaan sampai ke ujung. Seluruh buku ini dalam edisi bahasa muangthai meliputi dua jilid besar yang terdiri dari 1394 lembar, yang dibagi ke dalam 10 bab dari pasangan-pasangan pertanyaan-pertanyaan, dan tiap bab membentuk satu pemeriksaan ke dalam fenomena-fenomena. dengan menunjukkan mereka itu pada satu golongan khusus.
I.            Mula yamaka menunjukkan segala sesuatu pada/menjahatkan ”akar-akar”, tidak menyehatkan dan netral.
II.            Khanda yamaka, pada lima kelompok dari kehidupan / pengadaan
III.            Ayatana yamaka, pada 21 landasan-landasan
IV.            Dhatu yamaka, pada 18 unsur dari kehidupan psiko fisikal
V.            Sacca yamaka, pada 4 kebenaran mulia
VI.            Sankhara yamaka, pada formasi-formasi badaniah, lisan dan batin
VII.            Anusaya yamaka, 7 kecondongan-kecondongan yang jahat
VIII.            Citta yamaka, pada kesadaran
IX.            Dhamma yamaka, yang pada istilah dhamma ”fenomena”
X.            Indriya yamaka, pada 22 kemampuan- kemampuan jasmaniah dan batiniah.
Cara yang digunakan dalam sebagian besar dari 10 bab – bab itu adalah dimana-mana, kurang lebih sama sejauh golongan yang bersangkutan itu mengijinkan.
A.    Penetapan Batas Dari Istilah- istilah
1.      Penomeran dari pada pertanyaan
Dalam bentuk posotif
Dalam bentuk negatif
Istilah- istilah umum dan khusus dalam bentuk positif
Istilah- istilah umum dan khusus dalam bentuk negatif dsb.
2.      Penjelasan- Penjelasan (nidassa-vara)
Dengan pembagian sama dengan (I)
B.     Proses (Pavatti-vara)
1.      Asal Mula (Upadda-vara)
Sekarang : berkenaan dengan orang
Sekarang : berkenaan dengan tempat – dalam bentuk positif
Sekarang : berkenaan dengan orang dan tempat
Sama dengan diatas dalam bentuk negatif
Lampau : pengolahan sama seperti untuk sekarang
2.      Penghentian (nirodha-vara)
Bersamaan pengolahan seperti (I)
3.      Asal-mula dan penghentian
Bersamaan pengolahan seperti (I)
C.     Penembusan (Parinna-vara)
Berkenaan dengan pengolahan seperti B (I), tapi hanya berkenaan dengan orang (tidak dengan tempat, dlsbg).
VII  PATHANA
Buku raksasa dan yang terpenting dari Abhidhamma-pitaka ini berurusan dengan penentuan dan sifat tergantung daripada fenomena kehidupan jasmaniah dan batiniah yang berlipat ganda itu, yang dalam kombinasi- kombinasi mereka itu dikenal dengan nama-nama biasa seperti ’aku, ’orang’, ’dunia’, dsb. Tetapi dalam arti terakhir, mereka itu adalah hanya fenomena yang berlalu itu, lain tidak. Maka, buku ini menyajikan satu penjelasan yang terlengkap dan terperinci dari pada patticca samupada atau asal yang tergantung walaupun disini fenomena itu tidak disusun menurut 12 rangkaian dari pada patticca samupada, tetapi berkenaan dengan 24 paccaya, yakni, keadaan- keadaan atau cara-cara dari penentuan, seperti akan dapat dilihat kelak.
Tekat terhadap dari pada buku ini di dalam edisi bahasa muangthai meliputi 6 jilid yang terdiri dari 3.120 pagina, sedangkan ringkasannya itu di dalam bahasa pali Text Society berisi hanya 549 pagina.
Buku ini mulai dengna satu pengantar yang berisikan penomeran dan penjelasan dari 24 cara-cara dari penentuan (paccaya) yang memerintah akan semua fenomena dari kehidupan yang berlipat-lipat ganda itu. Tubuh utama dari buku ini mempunyai 4 pembagian-pembagian besar, yaitu :
A.    Anuloma-patthana, asal mula menurut metode positif
B.     Paccaniya-patthana, asal mula menurut metode negatif
C.     Anuloma-paccaniya-patthana, asal mula menurut metode positif-negatif
D.    Paccaniya-anuloma-patthana, asal mula menurut metode negatif-positif
Dalam setiap pembagian dari 4 pembagian utama itu, 24 cara dari penentuan dipergunakan dalam urutan pada semua fenomena dari kehidupan, dihaturkan pula dengan kepertigaan dan keperduaan dari pada rencana abhidhmma. Masing-masing dari 4 bagian utama itu dipergunakan cara khusus (yakni, positif) dalam cara yang enam kali ganda:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar